Laman

Sabtu, 29 Juni 2013

Divergent

Judul: Divergent
Penulis: Veronica Roth
Penerjemah: Anggun Prameswari
Editor: Esti Ayu Budihabsari
Penerbit: Mizan Fantasi
Cetakan: I, April 2012
Jumlah Halaman: 544
ISBN: 9789794336977
 
Beatrice Prior, mungkin tak menyadari, kepindahannya ke faksi lain akan membuat dia terbawa ke sebuah rencana besar. Berawal dari Chicago, setelah perang nuklir, membentuk faksi-faksi. Abnegation, faksi awal Tris, nama yang Beatrice pilih begitu berpindah faksi, adalah faksi yang anggota-anggotanya tidak memiliki pamrih. Faksi Dauntless, adalah faksi dimana keberanian menjadi kekuatan faksi ini. Faksi Erudite adalah faksi yang mengutamakan kepintaran dan ilmu pengetahuan. Faksi Condor mengutamakan kejujuran, dan faksi Amity merupakan faksi cinta damai.

Remaja yang berusia 16 tahun harus melakukan tes kecakapan awal untuk menentukan faksi yang harus dipilihnya. Beatrice mendapatkan hasil Divergent, di mana tidak ada salah satu sifat utama faksi yang dominan. Mengingat seorang Divergent dianggap sebagai pemberontak, Beatrice diminta untuk merahasiakan hasil tes kecakapan tersebut. Pada hari penentuan, setelah mengalami pergolakan batin, Beatrice akhirnya memilih Dauntless, mengkhianati kedua orangtuanya di Abnegation.
 
Memilih Faksi Dauntless di upacara pemilihan tak membuat Beatrice langsung menjadi anggota faksi tersebut. Tris, nama baru Beatrice setelah memilih Dauntless, harus bersaing dengan puluhan remaja seumurannya yang sama-sama memilih Dauntless karena tempat yang terbatas. Apalagi dia harus juga bersaing dengan remaja yang awalnya hidup di faksi Dauntless, dan karakteristik kehidupan sebelumnya di Abgenation bertolak belakang dengan kehidupan di Dauntless yang keras dan penuh dengan tindakan fisik. Dalam inisiasi awal, Tris harus menjadi manusia yang unggul, dan bila dia gagal, dia akan terlempar ke golongan factionless, orang-orang tanpa faksi, orang-orang yang terbuang, hidup menggelandang.


Saya pada awalnya belum tergeerak, begitu novel Divergent menjadi heboh dan populer termasuk di Indonesia. Bisa dibilang saya terlambat untuk membaca Divergent. Mengingat saya belum pernah mendengar nama Veronica Roth sebelumnya. Tetapi berawal dari membaca selembar demi selembar buku ini, saya merasa takjub terhadap Veronica Roth.

Ya, Veronica Roth dalam buku pertamanya ini telah membuat saya "tersihir" untuk menyukai buku ini. Kisahnya mendebarkan dan tak kurang adegan aksi pun sangat banyak. Apalagi terjemahan buku ini sangat baik dan patut mendapat jempol, menjadikan kisah yang menarik ini menjadi semakin cantik. 

Meski, saya setuju pendapat pembagian faksi ini konsepnya mirip dengan cerita di buku lain, tapi eksekusi Veronica Roth dalam penghidupan tokoh-tokohnya terasa mantap. Ada beberapa bagian kisah yang memang membuat saya harus merenung, saking terlalu dalam subjek yang dikisahkan tapi tak menjadi halangan bagi saya untuk menikmati cerita ini.

Bagi saya kisah Divergent ini menjadi salah satu khasanan bacaan yang menarik, semoga kisah selanjutnya juga bagus untuk diikuti. :)

Jumat, 28 Juni 2013

Telanjang Dalam Kematian

Judul: Telanjang dalam Kematian
Judul Asli: Naked in Death
Penulis: J.D. Robb
Penerjemah: Sisilia Kinanti Gitomartoyo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 440
Cetakan: I, Maret 2008
ISBN: 9789792236040

Di tahun 2058, kota New York, Letnan Eve Dallas menemukan kasus terbunuhnya seorang seorang wanita panggilan, Sharon DeBlass dengan snagat kejam. Padahal Sharon adalah cucu seorang senator berpengaruh, senator DeBlass, yang ingin mencalonka diri menjadi presiden dan termasuk senator yang konservatif terhadap kebijakan moral. Tekanan muncul berkaitan dengan penyelidikan Eve, datang dari senator DeBlass. Selain itu, kasus yang sebelumnya ditangani oleh Letnan Dallas berpengaruh pada psikologisnya. 

Salah satu tertuduh kuat pelaku pembunuhan, milyarder Roarke, justru semakin lama semakin memiliki kedekatan terhadap Eve. Padahal dilihat dari alibi, Roarke tidak memilikinya di saat pembunuhan. Senjata yang digunakan pun adalah senjata kuno, di mana Roarke memiliki koleksi, dan pembunuhan berikutnya, menggunakan senjata yang dibeli Roarke di sebuah lelang. Kekalutan Eve semakin menjadi-jadi.


Untuk pertama kalinya, saya mencoba roman detektif petualangan Eve Dallas dan miliarder Roarke, yang populer di kalangan teman BBI saya pencinta genre romance. Sebelumnya saya memang sudah menyukai kisah bergenre thriller detektif semacam Holmes, Poirot, dan lain-lain. Penasaran, akan ratingnya yang juga tinggi di goodreads dan kebetulan BBI melakukan posting bersama buku bergenre romantic.

Meski termasuk genre favorit, tak serta merta saya langsung menyukai buku ini. Rating yang tinggi dari buku ini di goodreads ternyata tidak seseru yang saya rasakan ketika membaca buku ini. Mungkin saya sudah terSherlock atau Poirot-sentris ketika membaca buku bergenre thriller, tapi mungkin karena nuansa romantismenya yang juga dominan, membuat saya seperti berekspetasi terlalu tinggi. Tapi sebenranya bukan karena romansanya juga, tapi saya agak kecewa dengan pembunuh yang bisa tertebak, justru tidak murni dari hasil penyelidikan sang tokoh, seperti ada yang 'hilang'. Yang mengganggu bagi saya adalah penggunaan alat-gadget yang sepertinya kurang detail dijelaskan oleh penulis. Beberapa kali saya kebingungan dengan alat-alat yang digunakan di halaman-halaman buku ini.

Namun, tidak berarti buku ini tak memberikan kelebihan. Ketegangannya dapat, romance-nya sendiri juga merupakan salah satu faktor yang membuat buku ini menarik, meski ekspose adegan seksualitasnya terasa.

Kamis, 27 Juni 2013

Kereta 4.50 dari Paddington

Judul: Kereta 4.50 dari Paddington
Judul Asli: 4.50 from Paddington
Penulis: Agatha Christie
Penerjemah: Lili Wibisono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: VI, Agustus 2007
Jumlah Halaman: 344
ISBN: 9789792231304

Saya selalu tertarik dengan buku bercover kereta api. Dan kebetulan buku ini masuk ke kategori tersebut. Ditambah dengan genre thriller yang merupakan salah satu genre favorit saya, buku ini tentu saja menarik perhatian saya untuk mengkoleksinya. 

Awalnya saya agak kecewa, ketika melihat deskripsi bukunya. Kalau dari deskripsi bukunya tentang kasus yang terjadi, saya memilih Hercule Poirot sebagai lakon utamanya. Sebelumnya saya takjub dengan kemampuan Poirot menyelesaikan kasus Murder on the Orient Express, dimana seperti buku ini, kejadian pembunuhan berlokasi di kereta api, seperti buku ini, namun kali ini saya menemukan bahwa Miss Jane Marple-lah yang menjadi detektif dalam buku ini, dimana beliau lebih sering menyelesaikan kasus dengan pendekatan mengumpulkan fakta dari apa yang dia dengar. Dan memang hal tersebut yang terjadi, di mana ia tak banyak dikisahkan dalam buku ini, namun berhasil mengungkap misteri pembunuhan yang terjadi.

Dikisahkan, Mrs. McGillicuddy, salah satu teman dekat Miss Marple, sehabis berbelanja keperluan natal, pulag ke desanya menggunakan kereta api. Dalam perjalanan pulangnya yang menggunakan kereta 4.50 dari Paddington sebuah kereta lain melintas di sampingnya, dan Mrs. McGillicuddy terkesiap, ketika melihat ke kereta di sampingnya, menyaksikan sebuah usaha pembunuhan. Seorang wanita dicekik oleh seorang pria di kereta sebelah, sampai mati. Ketika dia melaporkan ke kondektur, petugas stasiun, maupun polisi tak ada yang percaya akan terjadinya pembunuhan tersebut. Satu-satunya yang percaya hanyalah Miss Marple. Teman dekat Mrs. McGillicuddy.

Jane Marple, dengan kelemahan fisiknya, terpaksa mendatangkan Lucy Eyelsbarrow, seorang profesional asisten rumah tinggal, guna menyelidiki sebuah kawasan Rutherford Hall, kediaman keluarga Crackenthorpe, tempat dimana dari hasil analisis Miss Marple, adalah tempat kemungkinan disembunyikannya mayat hasil pembunuhan tersebut. Dengan informasi yang didapat dari Lucylah, Miss Marple berusaha menentaskan misteri pembunuhan tersebut. Akankan mayat tersebut diketemukan? Siapakah yang terbunuh dan siapa pembunuhnya?

Seperti yang saya tuliskan di atas, aksi menyelidiki bukan dilakukan oleh Miss Marple, hal tersebut sering dilakukan oleh Lucy, hal yang memang umum dilakukan oleh Marple dalam melaksanakan penyelidikan dan memecahkan kasus, di mana saya lebih menyukai gaya Poirot, detektif yang sama-sama rekaan Agatha Christie, di mana aksinya lebih nyata di dekat TKP. Meski demikian, kasus ini bisa tuntas dengan menakjubkan oleh hasil olah pikir Miss Marple, dan saya tak mampu menebak si pelaku pembunuhan dengan benar. Ini merupakan salah satu nilai lebih, dan tentunya kemahiran Agatha Christie, untuk berhasil membuat pembaca kesulitan menebak siapa pelaku kejahatannya.

Saya sama sekali tak pandai-hanya mungkin, sedikit berpengetahuan tentang sifat manusia-karena saya kan hidup di desa. (Miss Marple, halaman 215)

Agatha Christie memang pintar memainkan ke arah mana pembaca harus berpola pikir, sedangkan ledakan buat pembaca di mana si pembunuh berada di sisi lain yang tak terpikirkan oleh pembaca. Itu kesan yang saya tangkap sejak pertama kali membaca karya Agatha Christie, siapa pun detektifnya, dan dengan berbagai gaya dan cara masing-masing detektif yang berbeda. Itulah, saya selalu takjub akan karya-karya Agatha Christie. 

Rabu, 19 Juni 2013

Wishful Wenesday #34

Hore, rabu kembali! Update wishful wednesday lagi. Semoga buku yang dipajang bisa dimiliki :) Sempet bingung sih, mau pilih buku apa di minggu ini, meski banyak buku di rak wishlist yang bisa dicomot satu untuk diunjukkan di sini. Tapi teringat, beberapa waktu yang lalu, di sebuah grup WhatApp, teh Peni, rekan di BBI sempat heran, kenapa saya bisa mengartikan percakapan bahasa Sunda. Iya, saya dulu sempat tinggal di kota kembang. Oleh karena itu saya yang sebenarnya udah lama tertarik dari goodreads akan buku ini, minggi ini mau memilih buku ini sebagai wishful wednesday saya



Semerbak Bunga di Bandung Raya karya Ir. Haryoto Kunto
 Bandung merupakan salah satu kota yang dirancang dan ditata dengan sempurna!" kata Ir. Thomas Karsten (1931), seorang perancang tata kota yang terkenal di zaman kolonial dulu.
Jauh sebelum orang bicara tentang pelestarian alam, tahun 1917 warga kota Bandung telah mulai melestarikan hutan dan lahan hijau di seputar kota. Sehingga ibukota Priangan itu sempat dijuluki sebagai "De Bloem der Indische Bergsteden" (Bunganya Kota Pegunungan di Hindia) atau secara luas lebih dikenal sebagai "Parijs van Java" atau "Kota Kembang."
Buku yang sarat dengan data sejarah, anekdot dan potret lama yang eksklusif, diharap dapat menjadi nostalgia pembaca, disamping sebagai sumber informasi pembangunan bagi warga Kota Bandung pada khususnya.
Tebaran kisah dan hamparan gambar pada halaman buku ini menjadi bukti yang relevan tentang keberadaan kota Bandung sebagai salah satu kota terindah di bumi Nusantara di masa penjajahan dulu.
Yang jelas sebagai mantan orang Bandung, pingin tahu kota tempat kelahiran dan tempat saya besar. Kalau lihat reviewnya di goodreads pun banyak pujian terhdap buku ini. So, aku kepingiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnn buku ini :) Semoga dapat.

Ini wishful wednesday saya, bagaimana dengan Anda?
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post WW milik kak Astrid). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Sabtu, 15 Juni 2013

Dari Arsip Campur Aduk Mrs. Basil E. Frankweiler

Judul: Dari Arsip Campur Aduk Mrs. Basil E. Frankweiler
Judul Asli: From the Mixed-Up Files of Mrs. Basil E. Frankweiler
Penulis: E.L. Koningsburg
Penerjemah:  Cuning K. Goenadhi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, April 2007
Jumlah Halaman: 200
ISBN: 978979227734

Kisah klasik bergenre anak-anak selalu  menarik untuk dibaca, salah satunya buku ini. Claudia Kincaid, memutuskan kabur dari rumah, karena merasa dikecewakan dari orangtuanya. Namun gadis sebelas tahun ini tak ingin kabur sendiri. Dia mengajak, salah satu adiknya, Jamie, dikarenakan dia memiliki tabungan yang banyak, guna membekali kaburnya mereka. 
 
Tak tanggung-tanggung tujuan kabur mereka adalah New York. Dan sarana tempat mereka tinggal selama kabur, adalah Museum Seni Metropolitan. Berbekal tabungan serta perlengkapan seadanya,k mereka harus mengatur strategi bagaimana tinggal di museum serta tanpa diketahui oleh petugas museum.
 
Petualangan semakin seru ketika museum mendapatkan sebuah patung antik yang diduga hasil karya Michaelangelo. Claudia dan Jamie berusaha menyelidiki apakah, benar patung tersebut hasil karya Michaelangelo, dimana para ahli seni pun belum bisa menemukan kepastian tersebut. Pencarian itu harus berakhir di rumah Mrs. E. Frankweiler, jutawan pemilik patung itu sebelumnya.
 
Sebagai buku anak-anak, memang menurut saya tak mudah bagi anak-anak untuk memahami cerita dalam buku ini. Setidaknya kisah kabur dari rumah, memang bukan contoh yang baik. Setidaknya bagi anak-anak, petualangan dalam menjelajahi museum adalah suatu pelajaran yang bisa didapat. Tapi kalau saya menilai sebagai pembaca, buku ini sangat menarik. Tak heran Newberry Award tahun 1968 dianugrahkan pada buku ini.
 
Kisahnya memang menarik. Kita tak hanya mendapatkan cerita yang menghibur semata tapi keinginan untuk menjelajah akan meluap membaca buku ini. Sebuah kisah yang digambarkan lucu, ketika kita menghadapi keributan kecil antara Claudia dan Jamie, tegang, ketika berusaha tak ketahuan oleh petugas museum, serta sarat nilai dalam seisi buku ini. Sebagai buku klasik, buku ini tak terlampau berat. Yang jelas, buku ini, snaat mengibur dan layak untuk dibaca.

Rabu, 12 Juni 2013

Wishful Wenesday #33



Halo ketemu dengan rabu lagi, berarti update wishful wednesday :) Suasana yang cerah nih sehabis hujan di pagi hari, semoga berkah buat semuanya.

Untuk minggu ini saya mau majang buku ini sebagai impian saya:


Judul: Fahrenheit 451
Penulis: Ray Bradbury
Guy Montag adalah seorang pemadam kebakaran. Ironisnya, yang dilakukannya bukan memadamkan api melainkan menyulut api dan membakar rumah yang berisi buku-buku. Ia menikmati pekerjaannya.

Sepuluh tahun menjadi seorang pemadam kebakaran, ia tidak pernah bisa menjelaskan betapa dirinya merasa bergairah setiap kali menyaksikan api melahap lembaran-lembaran buku. Suatu malam, Guy Montag bertemu dengan seorang gadis yang menceritakan padanya tentang orang-orang di masa lalu, orang-orang yang begitu berbeda pada masanya..

Dan dia pun bertemu seorang profesor yang mengatakan padanya bahwa semua orang seharusnya menggunakan waktu mereka lebih banyak untuk berpikir, dan menghayati hidup. Sejak saat itu Guy Montag sadar bahwa dirinya harus melakukan sesuatu. Untuk menyelamatkan dunia...
Kenapa saya pilih buku ini. Jujur saja penasaran dengan citarasa buku ini. Kalau tak salah genrenya dystopia dan membahas buku. Wah penasaran nih, ingin punya. So, apa buku impianmu minggu ini? Ikutan yuk WW, meme keren yang dihost kak Astri, dengan cara sebagai berikut:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post WW milik kak Astrid). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Senin, 10 Juni 2013

The Court of the Lion #3

Judul: The Court of the Lion, Buku 3
Penulis: Eleanor Cooney dan Daniel Altieri
Penerjemah: Fahmy Yamani
Editor: Adi Toha
Penerbit: Serambi
Jumlah Halaman: 928
Cetakan: I, November 2012
ISBN: 9789790243828

Buku ini menceritakan kisah kelamnya intrik di dalam kekaisaran China di dinasti Tang di babad kedelapan, melanjutkan buku pertama dan buku kedua. An Lu-Shan, jenderal barbar dari daerah utara China, semakin mendapat kepercayaan dari Mingtuang. Padahal Perdana Menteri Li Lin-Fu justru semakin mencurigai tindaktanduk An Shu-Lan, padahal dialah yang membawa An Lu-Shan ke Chang-an, ibukota kekaisaran China, untuk mempertahankan kekuasaannya di kerajaan. Apalagi kaisar dan Istri Kesayangan menganugrahkan gelar putra kesayangan buat An Lu-Shan, intrik perebutan kekuasaan China semakin tak jelas.

Semakin lama, Kaisar Mingtuang yang diharapkan mau kembali memerintah China setelah kekuasaan dipegang oleh Perdana Menteri Li-Lin Fu justru semakin tenggelam dalam keasyikannya dalam aliran Tao Hitam, serta keadaan kesehatan Li Lin-Fu yang semakin memburuk namun An Lu-Shan justru melakukan kejahatan yang menimbulkan kecemasan Kao Li Shih, kasim utama kaisar. Keadaan pun semakin tak jelas


Di bagian akhir buku The Court of the Lion, perjalanan cerita semakin menegangkan. Ketidakpastian keadaan kerajaan semakin menarik diikuti dalam tiap lembaran halaman buku ini. Semakin ke dalam cedrita malah semakin tak jelas, hitam-putihnya para lakon dalam buku ini, membuat membaca buku ini saya semakin diliputi rasa penasaran.

Apalagi deskripsi yang disajikan penulis, Eleanor Cooney dan Daniel Altieri, meski panjang tapi semakin membius rasa penasaran. Kadang alur berpindah tempat, tapi makin menguatkan isi yang dibaca. Dan dari buku inilah saya semakin tahu, bahwa negara China pernah mengalami masa-masa perebutan kekuasaan, dimana ada ketidakpedulian kaisar, ada kekuasaan di bawah tangan Perdana Menteri, ada intrik yang tak disangka, serta ada kepentingan bersama guna sebuah kekuasaan.

Jumat, 07 Juni 2013

9 Summers 10 Autumns

Judul: 9 Summers 10 Autumns
Penulis: Iwan Setyawan
Editor: Mirna Yulistianti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 224
Cetakan: VI, Juli 2011
ISBN: 9789792267662

Iwan Setyawan, mungkin tak akan mengira, kalau dirinya yang hanya anak sopir angkot dan penjual di pasar bisa menjadi seorang direktur di sebuah lembaga research, di New York, kota yang terkenal akan kejamnya kehidupan. Tentu saja tercapainya posisi yang menggiurkan itu tak datang begitu saja, tetapi muncul akibat tekad, perjuangan dan doa dari orang-orang tercentu.

Buku ini menggambarkan, bagaimana Iwan berjuang, dari kesederhanaan, sampai sampai pada karir puncaknya. Menggunakan konsep seorang anak kecil sebagai "bayangan", dimana Iwan menceritakan kisah hidupnya kepada si anak. menjadi sentral dari isi buku ini.

Sayang, meski mengangkat kisah sukses. Saya merasa buku ini lebih kuat di deskripsi keadaan Iwan semasa berkembang sampai ke puncak karirnya, nilai semangatnya yang diharap bisa memotivasi pembaca atau setidaknya memberikan semangat, dirasa kurang tersentuh. 

Selain itu tak konsistennya gaya penceritaan Iwan membuat saya kadang tak menyukainya. Kadang cerita dilakukan dengan berkisah pada sang anak, tapi di beberapa bagian Iwan membuat kisah dengan membuat surat. 

Tapi cerita Iwan yang unik saya suka. Deskripsi seputar Malang, Bogor dan New York terasa hidup, meski Iwan tak bermain dalam berpanjang kata. Selebihnya, selain kagum akan sudah berhasilnya orang Indonesia, berkiprah di luar negeri, bahkan di New York, saya salut akan Iwan yang berhasil menuangkan perjalanan hidupnya dalam sebuah buku.

Rabu, 05 Juni 2013

The Court of the Lion #2

Judul: The Court of the Lion, Buku 2
Penulis: Eleanor Cooney dan Daniel Altieri
Penerjemah: Fahmy Yamani
Editor: Adi Toha
Penerbit: Serambi
Jumlah Halaman: 504
Cetakan: I, Februari 2012
ISBN: 9789790243811

Setelah Kaisar bangkit dari masa kelamnya paska-meninggalnya permaisuri Wang meninggal dunia stelah hukuman diasingkan, di buku pertama, Kaisar bangkit kembali berkat kasim utama Kao Li-shih, yang membawa istri baru untuk Kaisar, Yang Kuei-fei. Sayang, keinginan kasim Kao untuk membuat Kaisar bangkit kembali, agar kembali mengendalikan pemerintahan gagal, dan perdana Menteri Li Lin-fu dengan mendatangkan An Lun-Shan ingin melanggengkan kekuasaan.

Keberuntungan datang bagi Kao Li-Shih, ketika Yang Kuo-chung, sepupu dari Yang bersaudara, datang. Cepat-cepat, Kao bersekutu dengan Yang Kuo-chung untuk melawan persekutuan Li-Lin-fu dengan An Lus-Shan. Segera Yang Kuo-chung diangkat menjadi pimpinan dewan sensorat guna menyelediki segenap penyelewengan yang dilakukan oleh Li Lin-fu. Sayangnya Li Lin-fu berusaha melanggengkan kekuatannya dengan cara melakukan kekerasan terhadap para pejabat sensorat.


Novel sejarah kekaisan China di abad ke-8 ini semakin lama semakin memikat. Pergulatan kepentingan semakin terasa. Apalagi ketika perdana menteri Li Lin-fu sudah terlihat melakukan kekersan fisik terhadap lawan politiknya. Pertarungan memperebutkan kekuasaan yang diabaikan Kaisar terasa memikat. Perlahan-lahan di buku kedua ini, ketegangan demi ketegangan semakin terasa.

Tak pelak, saya berani mengacungji jempol untuk buku kedua ini. Di balik China yang sekarang dianggap sebagai negara maju, dahulunya tersurat sejarah panjang pergulatan perebutan kekuasaan, salah satunya pada era Kaisar Minghuang dalam buku ini.

Sayangnya di buku kedua ini, tak didapati lagi semacam kamus kecil penjelasan tokoh-tokoh yang ada di buku. Hal tersebut akan mengganggu bagi yang sudah lama tak menyentuh buku pertamanya. Meski demikian tak banyak tokoh yang dimasukkan dalam buku ini, menjadikan hal tersebut tak banyak menganggu. 

Untuk penggemar kisah historis buku ini akan sangat menarik untuk dibaca. Penuh dengan pengalaman baru tentang kisah salah stau dinasti terbesar di China yang tak lepas dari gejolak intrik dan perebutan kekuasaan.

Wishful Wednesday #32

Selamat rabu yang ceria dan cerah, mengingat besok libur nasional :) Tapi bukan karena besok libur yang bikin semangat tetapi juga karena semangat untuk update wishful wednesday, yay for WWers, hehehe. Untuk yang belum tahu Wishful Wednesday, ini adalah meme yang dibuat setiap hari rabu untuk memajang buku impian kita. Meme ini udah berjalan setahun, di host oleh kak Astrid di blog books to share-nya.

Minggu ini, buku yang saya pajang adalah:
Judul: The Exorcist
Penulis: William Peter Blatty
Sinopsis: (diambil dari situs Serambi)
Inilah novel paling menyeramkan, sekaligus paling seru, yang per-nah ada. Buku superlaris yang terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia ini pernah difilmkan dan menjadi sensasi dahsyat di antara para pencinta cerita horor.

Berkisah tentang seorang gadis kecil yang kerasukan roh jahat sehingga melakukan hal-hal mengerikan yang tak terbayangkan, The Exorcist pertama kali terbit pada 1971 dan langsung menjadi buku laris versi The New York Times selama 57 minggu berturut-turut (lebih dari setahun). 
Kenapa saya mengingkan buku ini? Pastinya salah staunya adalah karena saya kepingin coba-coba baca buku bergenre horror, seberapa menakutkah dibandingkan dengan menonton filmnya. Juga karena buku ini masih gres, dan kabarnya masuk sebagai buku laris di pasaran. Semoga kesampaian memiliki buku ini.

Ini WW saya minggu ini, bagaiman dengan Anda? Ikutan yuk. Caranya adalah sebagai berikut:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post WW milik kak Astrid). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Selasa, 04 Juni 2013

Memory of Love

Judul: Memory of Love
Penulis: Bi Shan
Penerjemah:
9789790243996

Cheng Yue Shan, atau dipanggil Shan Shan, pulang ke China setelah tinggal di Kanada selama 2 tahun. Dia melarikan diri dari kampung halamannya setelah cintanya dikhianati Luo Hao, pasangannya. Di Kanada-lah ia bertemu dengan kekasih barunya, Zhuo Kai. Kembalinya Shan Shan, disambut oleh kedua temannya, yang sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri, Ye Zi dan Xue Tong. Serta adik angkatnya, Zhan Xiang. Kumpulan sahabat tersebut adalah keturunan orang-orang sukses di Beijing.

Cerita kemudian bergulir pada kisah romansa kelompok tersebut, berawal dari kenangan cinta mereka di masa lalu, ketika menginjak masa sekolah, persahabatan dan cinta mengalir di antara merka. Dan setiap tokoh punya masalah sendiri yang berat. Ada intrik, dalam kisah cinta mereka. Ada masa lalu yang kelam, serta kisah kasih yang tersembunyi, sampai pada persaingan keluarga berpengaruh di China.

Pertama kali melihat bukunya, saya suka dengan covernya. Meski berjenis romance, kesan sederhana di covernya cukup menarik, tak terlalu berlebih, seperti buku bergenre romance lainnya.  Ceritanyapun setelah dibaca terasa ringan, meski kadang kita akan menemui umpatan-umpatan yang masih bisa diterima.

Memang kisah ini menampilkan kisah cinta kaum muda yang tergolong sukses. Kisah hedonis akan beberapa kali kita temui, tapi seimbang dengan karakterstik cinta dan konflik yang kerapkali muncul. Meski Shan Shan, di kisah ini dikisahkan kegalauannya, tapi dari sisi Shan Shan inilah kisah berjalan selangkah demi selangkah, sampai ke akhir cerita. Meski, ada sesekali bagian cerita yang tidak saya pahami tetapi secara umum, cerita Memory of Love ini masih bisa diikuti. 

Dan tak perlu berandai-andai buku ini mirip dengan kisah sinetron di televisi, karena bahasanya jelas berbeda, sebagai buku sastra, buku ini bukan buku yang mengisahkan kisah romansa picisan tetapi memberikan sebuah kisah romance yang mengalir, dari halaman ke halaman.

Arsene Lupin versus Mafia Maffia

Judul: Arsene Lupin versus Mafia Maffia
Judul Asli: Les Milliards d'Arsene Lupin
Penulis: Maurice LeBlanc
Penerjemah: Julie Medikawati
Penerbit: Visi Media
Jumlah Halaman: 290
Cetakan: I, Februari 2013
ISBN: 9789790651753

Selama ini saya mengetahui sosok Arsene Lupin sebagai pencuri tangguh yang tak pernah tertangkap. Hanya itu. Namun setelah membaca buku ini, saya mengetahui bahwa Lupin pun kadang berada di sisi keadilan. Buku ini mengisahkan Arsene Lupin yang berusaha mempertahankan hartanya dari kejaran penjahat, Mafia yang dipimpin oleh Maffia. Kisah diawali oleh dimasukinya kantor James Mac Allermy, pemilik koran Allo-Police, sebuah koran yang mengkhususkan diri pada pemberitaan kejadian kriminal di Amerika.

Kisah berlanjut ketika Mac Allermy, dan temannya Frederic Fildes ditemukan tewas. Ingin mengungkap kasus tersebut, Patricia Johnston, sekretaris Mac Allermy berdasarkan petunjuk yang ditinggalkan oleh Mac Allermy memutuskan untuk pergi ke Prancis. Di sana dia bertemu dengan Horace Velmont, sosok Lupin sesungguhnya, yang jatuh cinta kepada Patricia. Dan di tengah penyelidikan, Arsene Lupin menyadari bahwa ancaman mafia terus menyerang dirinya, bahkan sampai ke kediamannya yang dirahasiakan.


Kisah Arsene Lupin, di buku ini, menurut saya mirip dengan kisah detektif-detektif sebelumnya yang pernah saya baca. Meski kita mengetahui sosok Lupin sebagia pencuri terbesar di masanya, ada beberapa misteri yang bisa diungkap di kisah ini. Meski beda karakter antara detektif yang biasa saya baca dengan Lupin. Dan meski masih kalah dengan Poirotnya Agatha Christie maupun Holmesnya Conan Doyle, kisah Lupin menawarkan alternatif yang menarik untuk diikuti.

Menariknya buku ini adalah bagi penyuka kisah misteri-thriller, kita benar-benar mendapat 'rasa' yang baru. Meski memang sebagaimana kisah klasik lainnya, kadang-kadang saya masih menemukan kejanggalan kisah dalam membaca buku ini karena beda zaman, saat menulis dan membaca buku ini.

Kentalnya nuansa Prancis di zaman 1900an awal, menjadi kelebihan buku ini. Sedangkan kelemahan buku ini adalah menurut saya masih ada detail-detail kecil yang masih membingungkan. Tapi secara keseluruhan, buku ini menarik karena memperkaya sastra klasik bergenre detektif-thriller di dunia pustaka Indonesia.