Film A Beautiful Mind yang dibintangi oleh Russel Crowe, beberapa tahun yang lalu telah memikat saya! Dan hal itu membuat saya berkeinginan untuk bisa membaca bukunya. Dan kesempatan itu datang berapa tahun kemudian.
Agak berat juga, sepertinya, melihat tebal bukunya, tapi rasanya kemagisan filmnya yang membuat saya bergerak untuk membaca buku setebal 625 halaman ini. Awal yang berat, ketika harus bertemu dengan berbagai istilah matematika. Istilah yang dikenal mungkin hanyalah aljabar, geometri, kalkulus, dan yang teristimewa: teori permainan, subyek yang pernah saya dapatkan di kuliah, dan kelak mengantarkan John F. Nash sebagai peraih Nobel Ekonomi, dengan temuan Nash-Equilibriumnya, yang tersohor di kalangan matematikawan.
Kisah hidup Nash sendiri, akan kita jumpai tak hanya sisi positifnya, tetapi juga beberapa hal negatif terkait kepribadiannya akan kita jumpai di buku ini, melengkapi gambaran kita bagaimana dia mendapatkan penyakit Skizofrenianya. Seorang jenius yang mendapatkan ke-gila-annya, justru ketika sedang berada di karir yang berkembang, di saat akan mendapat status guru besar di MIT. Bersama skizofrenianya tersebut, dia menghadapi hidup yang berat, ditambah permasalahan keluarganya yang semakin menumpuk, membuat kita termangu, sampai sejauhmana seorang Nash bisa bertahan.
Buku ini menggambarkan kisah hidup Nash dengan baik, meski berkeliaran akan istilah matematika maupun sosok matematikawan, dan hei, saya mendapatkan, ternyata solidaritas sesama genius pun cukup tinggi, dikisahkan bagaimana kolega-kolega Nash memberikan dukungan yang sangat berarti. Jenius bukan berarti berego tinggi.
Saya menggolongkan buku ini sebagai buku yang tak ringan untuk dibaca. Meskipun demikian, nilainya cukup tinggi. Disertai terjemahannya yang cukup baik, rasanya patut buku ini menjadi rujukan penting.
Agak berat juga, sepertinya, melihat tebal bukunya, tapi rasanya kemagisan filmnya yang membuat saya bergerak untuk membaca buku setebal 625 halaman ini. Awal yang berat, ketika harus bertemu dengan berbagai istilah matematika. Istilah yang dikenal mungkin hanyalah aljabar, geometri, kalkulus, dan yang teristimewa: teori permainan, subyek yang pernah saya dapatkan di kuliah, dan kelak mengantarkan John F. Nash sebagai peraih Nobel Ekonomi, dengan temuan Nash-Equilibriumnya, yang tersohor di kalangan matematikawan.
Kisah hidup Nash sendiri, akan kita jumpai tak hanya sisi positifnya, tetapi juga beberapa hal negatif terkait kepribadiannya akan kita jumpai di buku ini, melengkapi gambaran kita bagaimana dia mendapatkan penyakit Skizofrenianya. Seorang jenius yang mendapatkan ke-gila-annya, justru ketika sedang berada di karir yang berkembang, di saat akan mendapat status guru besar di MIT. Bersama skizofrenianya tersebut, dia menghadapi hidup yang berat, ditambah permasalahan keluarganya yang semakin menumpuk, membuat kita termangu, sampai sejauhmana seorang Nash bisa bertahan.
Buku ini menggambarkan kisah hidup Nash dengan baik, meski berkeliaran akan istilah matematika maupun sosok matematikawan, dan hei, saya mendapatkan, ternyata solidaritas sesama genius pun cukup tinggi, dikisahkan bagaimana kolega-kolega Nash memberikan dukungan yang sangat berarti. Jenius bukan berarti berego tinggi.
Saya menggolongkan buku ini sebagai buku yang tak ringan untuk dibaca. Meskipun demikian, nilainya cukup tinggi. Disertai terjemahannya yang cukup baik, rasanya patut buku ini menjadi rujukan penting.