Tampilkan postingan dengan label Grasindo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Grasindo. Tampilkan semua postingan

Senin, 30 Januari 2017

2

Judul: 2
Penulis: Donny Dhirgantoro
Penerbit: Grasindo
Cetakan: 6, 2013
Jumlah Halaman: 418
ISBN: 9789790815629

Gusni Annisa Puspita, memiliki penyakit kelainan genetis yang bisa mengakibatkan dia tidak berumur panjang, Namun harapannya, cita-citanya untuk bisa bermain bulutangkis, membuat dia berjuang untuk dapat bertahan hidup. Meski memang nampak bahwa usahanya tak akan mudah.


Ini Bulutangkis, dan ini Indonesia. Blurb yang ditampilkan dalam bagian belakang punggung buku inimemabuat saya penasaran terhadap buku ini. Tak banyak penulis yang menulis tentang bulutangkis, bahkan di Indonesia, meski bulutangkis merupakan cabang andalan Indonesia untuk meraih emas dan kebanggan di ajang olahraga tertinggi, Olimpiade. 

Buat saya yang sudah pernah membaca buku pertama tulisan penulis, 5 cm, tak akan kaget dengan penulisan yang agak berbunga-bunga. Kisah yang jalan ceritanya memang udah umum, yaitu bagaimana seorang yang memiliki keterbatasan berjuang dengan keterbatasannya itu. Tapi bagaimana gaya menulis yang akan membuat pembaca menyukai atau tidak menyukai tulisannya yang menjadi penilaian dari pembaca. So far saya memang tidak terlalu mengagumi gaya tulisan Dhirgantoro tapi saya pun tak mengecap jelek untuk buku ini. 

Saya suka ketika penulis membuat tulisan ala live report pertandingan bulutangkis. Seperti gaya di radio, tak melihat tapi bisa "merasakan".  Penuh juga dengan kutipan-kutipan yang bagus. Namun secara keseluruhan cerita saya kurang puas. Terlepas dari kelebayan buku ini, saya suka penulis mau mengangkat tema bulutangkis. Siapa tahu memang dari buku ini meningkatkan minat bulutangkis pembacanya.


Sabtu, 03 Mei 2014

7 Divisi

Judul: 7 Divisi
Penulis: Ayu Welirang
Penerbit: Grasindo
Cetakan: I, 2014
Jumlah Halaman: 202
ISBN: 9786022514367

7 Divisi menceriatakan sebuah petualangan pencarian sebuah artefak kuno dari 7 orang yang dikumpulkan oleh The Big Wall Expedition. Namun sebenarnya di balik ekspedisi tersebut, ada niat jahat dari Rudolf, pimpinan The Big Wall Expedition. 

Gitta, Ichan, Tom, Ambar, Dom, Bima dan Salman, ketujuh orang yang dipilih oleh The Big Wall Expedition, harus bisa menaklukkan gunung Arcawana, di Banyuwangi, Jawa Timur. Padahal di saat itu, gunung Arcawana sedang berrerupsi. Di tengah proses perjalanan pun mereka menemukan sebuah desa adat yang dipimpin Pak Gusti. Pak Gusti sendiri, yang mengetahui maksud di balik pendakian ini berusaha menghalangi ekspedisi tersebut. Dan ketujuh orang tersebut harus menghadapi ego masing-masing, serta harus menghadapi kejamnya alam.


Kearifan terhadap alam sekitar, itu yang sering dilupakan oleh manusia. Ayu Welirang berhasil membuat karya yang mengakat tema dengan pesan yang jelas, mencintai alam. Dengan balutan kisah sebuah ekspedisi yang harus menghadapi tantangan dari Pak Gusti, menjadikan kisah ini lumayan menarik. Sebagai penulis yang termasuk "baru", Ayu berhasil mengangkat kisah dengan cukup baik. Meski eksekusi temanya terasa masih minim. Dialog antar tokoh terasa kaku (bukan salah ejaan) namun masih bisa dibuat lebih menarik.

Selain itu juga, jalinan kisah pertemanan antar tokoh masih terlihat kurang detail. Masih bisa dibuat lebih kaya cerita lagi. Tapi so far, saya bisa menangkap bahwa dalam sebuah ekspedisi kadang ego harus bisa dikalahkan demi tujuan bersama.

Sepotong Kata Maaf

Judul: Sepotong Kata Maaf
Penulis: Yunisa KD
Editor: Anin Patrajuangga
Penerbit: Grasindo
Cetakan: I, 2013
Jumlah Halaman: 300
ISBN: 9786022511328

Lisa Hisman, mungkin meenjadi orang yang tak diinginkan hidup bagi pasangan Jeremy Soebroto dan Dewi Saraswati Galuh Oetomo. Keganjenan Lisa pada acara pernikahan Jeremy dan Dewi membuat Dewi berang dan menuntut permohonan maaf dari Lisa. Namun perkataan maaf tak meluncur sekali pun dari mulut Lisa. Hanya ada perkataan maaf dari Armand, pasangan Lisa, namun itu pun ditolak oleh Dewi dan Jeremy, sampai ketika Arman terpaksa menggunakan akun email Lisa untuk mengucapkan maaf, tak ada kata memaafkan dari Dewi.

Puncaknya adalah ketika Lisa dan Arman tewas terbunuh karena bom yang meledak di gereja saat pernikahan mereka, Jeremy dengan mesin waktunya meluncur ke dimensi sebelumnya untuk mencegah tewasnya orang lain yang lebih banyak bukan tewasnya Lisa. Jeremy pergi ke berbagai dimensi, untuk menyaksikan Lisa meninggal dengan cara yang berbeda.


Well, sudah menjadi rahasia umum bagi beberapa pembaca, kalau asal cerita dalam buku ini bersumber dari kehidupan pribadi sang penulis. Patut disayangkan, kebencian yang berlebihan justru saya tangkap dari buku ini. Terlalu kekanak-kanakan. Memang sifat ganjen itu salah tapi sampai 'mematikan' orang karena menolak untuk minta maaf sampai berkali-kali? Mhhh, saya nggak yakin kalau apa yang dilakukan penulis lebih bermartabat.

Ditilik dari isi buku, saya akui, lebih baik ketimbang buku sebelumnya yang pernah saya baca, Memory and Destiny. Tapi saya menangkap, penulis di buku ini tak kurang lebih sering mengungkap rasa narsis yang berlebihan, sampai sosok Jeremi, sang suami pun dibuat "bodoh" sampai dalam hal-hal yang sepele, ketika membandingkan dengan sosok Dewi di buku ini.

Tak ada yang benar-benar menarik dari buku ini. Covernya pun saya rasakan nggak match dengan isi cerita. Juga yang saya bingung adalah ketika Jeremi melakukan perjalanan dengan chip mesin waktu, kemana Jeremi di dimensi yang didatangi Jeremi dari dimensi pertama.

Selasa, 08 Oktober 2013

Enigma

Judul: Enigma
Penulis: Yudhi Herwibowo
Editor: Anin Patrajuangga
Penerbit: Grasindo
Jumlah Halaman: 224
Cetakan: I, 2013
ISBN: 9786022511922

Beruntung sekali saya bisa mendapatkan satu lagi buku bagus. Kali ini, Enigma buah karya mas Yudhi Herwibowo, berhasil memikat saya. Enigma, sebuah kisah yang menarik sebuah pemahaman, akan arti persahabatan dan cinta. Dan misteri yang melekat di antaranya.

Ada lima tokoh yang kisahnya diangkat dalam novel ini. Hasha, Isara, Patta, Chang, dan Goza. Ditambah Kurani yang menggenapi enam sahabat seangkatan di jurusan Komunikasi UGM. Sebuah warung lotek di dekat daerah Kanisius Yogyakarta merekatkan mereka pada sebuah jalinan persahabatan. Kurani meninggalkan mereka di tahun kedua karea berpindah kuliah di salah satu perguruan tinggi lain. Dan novel ini mengisahkan, perjalanan hidup kelima orang sahabat itu, dengan sudut pandang masing-masing, berkaitan dengan hidup dan keterlibatan satu sama lain.

Kisah diawali ketika Hasha hendak melangsungkan pernikahan dengan Kurani. Ishara yang waktu itu memilih untuk bercerai dengan Patta, merasakan bahwa dia harus kembali ke Yogya untuk menemukan kembali kenangannya akan masa-masa lampaunya dan juga memiliki sebuah tujuan, bertemu dengan Hasha, sahabat yang dicintainya.

Pertemuan kembali Hasha dengan Chang, serta selanjutnya dengan Isara membuka sebuah peristiwa lama yang membuat Isara dan Hasha, meski sebenarnya saling memendam rasa justru menjadi saling menjauh, bahkan Isara memilih untuk menikahi Patta, yang tak dicintainya tetapi mencintainya. Sedangkan Goza, seolah-olah ada tangan tak tersentuh yang membuat dia bersentuhan kembali dengan teman-temannya tersebut, meski bukan dalam sebuah kesengajaan.


Seperti yang saya tulis di bagian awal saya menyukai buku ini. Iya. Bukan semata-semata karena terkenang akan kota Yogyakarta sih, tapi mas Yudhi berhasil menyusun sebuah cerita yang kompleks dengan kata-yang yang mengalir lancar dan tak rumit. Dan meski pola cerita tak runtut, kadang maju mundur disesuaikan dengan sudut pandang siapa yang diambil, tak membuat buku ini kehilangan lubang pada plot ceritanya. Dan yang pasti saya suka sama ceritanya.

Meski memadukan sebuah kisah romantisme dan misteri tak membuat Enigma harus 'mati' dengan kata-kata romansa tetapi Enigma justru berhasil dibuat dengan kelugasan kata-katanya. Selain itu saya suka juga dengan ilustrasi di dalam bukunya. Seolah-olah mempertegas jalannya cerita. Namun bukan berarti karya ini tak memiliki kekurangan. Berbagai typo masih bertebaran, meski tak mengganggu bagi saya. 

Rabu, 18 April 2012

5 cm

Judul: 5 cm
Penulis: Donny Dhirgantoro
Editor:  A. Ariobimo Nusantara
Penerbit: Grasindo
Jumlah Halaman: 382
ISBN: 9789790251762

Kelompok yang terdiri dari Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta, tokoh dalam buku ini, adalah kelompok gaul yang tak jelas juntrungannya, hanya sekedar ngumpul bareng olahraga, kemudian cari makan, diteruskan kumpul di rumah salah satu dari mereka, ngobrol tak jelas. Namun ikatan persahabatan di antara mereka sangatlah kuat. Mereka bisa tahu film atau lagu kesukaan masing-masing. Dia khir cerita, mereka melakukan perjalanan mendaki gunung ke puncak Mahameru. Impian mereka, adalah bisa mengikuti perayaan 17 Agustusan di pucak gunung tersebut. Dengan keterbatasan pengalaman, kecuali Genta dan Arial, yang lain tidak memiliki pengalaman mendaki gunung, akhirnya mereka bisa mencapai puncak tepat pada waktunya.

Buku ini mungkin agak membingungkan. Membaca biografi pengarangnya di bagian akhir yang terakhir berprofesi sebagai trainer, rasanya buku ini lebih diklasifikasikan sebagai buku jenis kalangan motivasi inspiratif, tetapi berbentuk novel. Dengan isi yang banyak menekankan pada kutipan lirik-lirik lagu dan bahasa yang digunakan, lebih meyakinkan saya kemungkinan besar market yang dituju oleh penulis adalah untuk kalangan muda, yang mungkin perlu memiliki impian dan menggerakan kemampuannya untuk memenuhi impian tersebut. Sepertinya bagus, namun rasanya agak terlalu berlebihan kalau saya membaca kalimat-kalimat yang digunakan. Apalagi ada saat, penulis menginjak ke ranah filsafat, seolah terlalu banyak yang ingin disampaikan oleh penulis. Meskipun itu kepada ranah pencarian jati diri sebagai manusia.

Ada beberapa bagian yang menyentuh. Seperti di saat mereka bertemu penjual makanan di kereta api. Memang, potret kemiskinan di Indonesia rasanya belum banyak terekspose, khususnya untuk orang kota seperti kelima tokoh di buku ini. Juga usaha keras untuk mewujudkan impian kita, sebagaimana yang sering dimotivasikan oleh motivator-motivator hebat, adalah nilai dari buku ini. Btw, kalau mau protes, setahu saya Kereta Api Matramaja yang pernah saya naiki, nggak lewat Yogya (jalur selatan di jawa tengah) tapi lewatnya Semarang (jalur utara di Jawa Tengah), seperti yang ditulis buku ini.