Judul: Eksistensi Rasa
Penulis: Farah Hidayati
Editor: Dini Novita Sari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 248
Cetakan: 1, November 2015
ISBN: 9786020317809
ek.sis.ten.si /éksisténsi/ n hal berada, keberadaan (KBBI)
Rindu Vanilla. Devin Jelaga Osman (Djo). Dua mahasiswa Arsitektur Universitas Mayapada, tingkat 2 yang saling bersahabat dekat, menjadi tokoh sentral dalam Eksistensi Rasa.
Rindu Vanilla merasa kegalauan yang besar, setelah ibunya meninggal, kemudian ditinggal Langit -yang ia sukai- ke Amerika, serta sahabat terdekatnya sekaligus tempat Rindu selama ini curhat, Djo, selama 4 hari. Dan kegalauannya diperbesar dengan keinginan sang ayah untuk menikah lagi.
Kehadiran Djo, berikutnya, secara mendadak memberikan sebuah informasi lowongan untuk Rindu, menjadi asisten pribadi Dr. Salin Musa, dosen arsitektur di Universitas Mayapada. Memutuskan untuk melamar posisi tersebut, dalam prosesnya Rindu berkenalan dengan sosok Ezra, Hafez Rahadi, asisten lama pak Musa, yang turut menentukan proses seleksi. Awalnya karena tidak memenuhi persyaratan, Ezra hampir menolak lamaran Rindu, namun Rindu bersikeras bahwa dia mampu:
"....Asal tahu saja, ada banyak orang lain yang melamar di posisi asisten ini...."
"Tapi Rindu cuma satu."
(seketika saya tersenyum saat membaca kalimat ini, i like this quote).
Dan Rindu akhirnya diterima. Dan dari sinilah sebuah pengungkapan jatidiri Djo terkuak karena sebenarnya Ezra akan mengantar Djo, untuk mengenal siapa sebenarnya Djo dan latar belakang hidupnya. Karena Djo, hanya mengetahui bahwa dia adalah anak angkat dari Keluarga Osman.
Pengetahuan yang akan membawa Djo ke kota asal ayahnya, serta mengetahui sosok kakek neneknya. Mengenal Eksistensi Dirinya.
Eksistensi Rasa merupakan buku kedua dari kisah Rindu Vanilla, setelah buku Konstelasi Rindu. Tapi buat yang belum membaca Konstelasi Rindu masih bisa mengikuti buku ini karena kisah Eksistensi Rasa terpisah dengan Konstelasi Rindu.
Di buku ini saya menyukai peran Djo. Sebagai sahabat dekat, ia bisa memberikan sebbuah dukungan yang sangat berharga untuk Rindu, dengan masalah yang menimpa Rindu, padahal dia sendiri memiliki permasalahan yang juga pelik. Dengan keinginan untuk melakukan transfer kuliah ke Cornell University pun ia harus mencari waktu yang pas untuk memberitahukan kepada Rindu meski rencananya itu pun gagal. Juga ketika ia harus memilih untuk bisa berbahagia, ketika ia harus terluka oleh sikap keluarga Ezra. Saya tak ingin menceritakan bagaimananta, akan lebih enak ketika membaca langsung buku ini.
Selain itu, meski saya agak subyektif, adalah Djo penyuka buku. Saya mungkin merasa iri ketika penulis di sini kerap menggambarkan koleksi buku yang dimiliki Djo.
Buku ini juga memancing rasa ingin tahu saya akan berbagai istilah arsitektur yang dituliskan oleh penulisnya yang juga seorang Arsitek. Siapa itu Nate Berkus, seperti apa Seattle Public Library, mata kuliah-mata kuliah Arsitek, dan Pritzker Prize. Rasanya meski tak petnah bercita-cita menjadi arsitek, saya semakin penasaran tentang apa dan bagaimana dunia seorang Arsitek dari buku ini.
Terlepas dari itu, kisah Eksistensi Rasa sangat menarik. Permasalan hidup setiap manusia sangatlah banyak. Diceritakan bahwa apa pun yang dilihat tak menunjukkan keadaan yang seideal terlihat. Dan kita memang tak bisa melihat orang lain dari apa yang kita lihat saja karena tiap orang memiki eksistensi sendiri-sendiri.
"Menjadi seorang Devin Jelaga Osman tidak semudah kelihatannya."
"Kalau kita benar-benar mengenal seseorang, tidak ada seorang pun yang memiliki kehidupan sederhana yang terlihat."