Judul: Memoar Seorang Geisha
Penulis: Arthur Golden
Penerjemah: Listiana Srisanti
Halaman: 490
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9789796866526
Chiyo, hanyalah anak seorang nelayan miskin di kawasan Yoroido, Jepang. Dengan rumah kecil yang selalu bergoyang ketika ditiup angin laut, sehingga dia menyebut rumahnya sebagai rumah mabuk, saking tak kuatnya menahan angin, dia tinggal bersama kakak perempuannya, ayah dan ibunya yang sakit-sakitan. Kemiskinan akhirnya membuat Chiyo dan kakaknya dijual ke okiya (rumah Geisha) dan untuk biaya pemeliharaannya, Chiyo harus membayar hutang yang kelak dibayar dengan penghasilan sebagai seorang Geisha.
Namun usahanya untuk kabur, membuat berang pemilik okiya, dan membuat Chiyo harus menerima sanksi untuk kemungkinan hanya menjadi pelayan saja. Namun di tengah kegalauan hatinya, pertemuannya dengan Iwamura Ken, membuat dia membulatkan tekad untuk berusaha menjadi geisha agar kelak bisa bertemu kembali dengan pria itu kelak. Dan dengan bimbingan Mameha, seorang geisha senior dari Okiya tetangga, akhirnya Chiyo berhasil menjadi seorang geisha dengan menggunakan nama Nitta Sayuri. Dan perjalanannya untuk menemui Iwamura Ken, dimulai.
Kisah kehidupan geisha begitu hidup di buku ini. Saya masih bisa melihat bagaimana pesta demi pesta minum teh yang dihadiri orang-orang kaya yang dihibur oleh geisha, sampai kehidupan sosial di sekitar geisha terangkum dalam novel ini. Dan yang menarik, kisah ini ditulis bukan oleh penulis Jepang, tetapi penulis Amerika. Meskipun demikian, dengan pengetahuan yang kaya akan budaya Jepang serta riset yang mendalam menjadikan buku ini bagus untuk mengetahui sosok hidup seorang geisha. Meskipun mengangkat kehidupan perempuan dan perjuangannya, saya sendiri menyukai buku ini. Kisah perjuangan yang indah, di tengah masa perang dunia di Jepang, menjadikan kita paham akan kehidupan di Jepang pada masa pertengahan.
Dibaca dalam rangka review buku bersama bertema perempuan oleh BBI, 30 Maret 2012
Namun usahanya untuk kabur, membuat berang pemilik okiya, dan membuat Chiyo harus menerima sanksi untuk kemungkinan hanya menjadi pelayan saja. Namun di tengah kegalauan hatinya, pertemuannya dengan Iwamura Ken, membuat dia membulatkan tekad untuk berusaha menjadi geisha agar kelak bisa bertemu kembali dengan pria itu kelak. Dan dengan bimbingan Mameha, seorang geisha senior dari Okiya tetangga, akhirnya Chiyo berhasil menjadi seorang geisha dengan menggunakan nama Nitta Sayuri. Dan perjalanannya untuk menemui Iwamura Ken, dimulai.
Kisah kehidupan geisha begitu hidup di buku ini. Saya masih bisa melihat bagaimana pesta demi pesta minum teh yang dihadiri orang-orang kaya yang dihibur oleh geisha, sampai kehidupan sosial di sekitar geisha terangkum dalam novel ini. Dan yang menarik, kisah ini ditulis bukan oleh penulis Jepang, tetapi penulis Amerika. Meskipun demikian, dengan pengetahuan yang kaya akan budaya Jepang serta riset yang mendalam menjadikan buku ini bagus untuk mengetahui sosok hidup seorang geisha. Meskipun mengangkat kehidupan perempuan dan perjuangannya, saya sendiri menyukai buku ini. Kisah perjuangan yang indah, di tengah masa perang dunia di Jepang, menjadikan kita paham akan kehidupan di Jepang pada masa pertengahan.
Dibaca dalam rangka review buku bersama bertema perempuan oleh BBI, 30 Maret 2012