Judul: Livor Mortis- Tragedi Kemanusiaan di Balik Institusi Kesehatan
Penulis: Deasylawati Prasetyaningtyas
Penerbit: Afra Publishing
Jumlah Halaman: 240
ISBN: 9789791397414
Fatiya, hanyalah seorang perawat yang baru lulus dari akademi keperawatan dan baru saja diterima bekerja sebagai perawat honorer, di sebuah Rumah Sakit Daerah, RS dr. Sarkadi. Tapi di periode awal pekerjaannya, dia sudah harus menghadapi masalah yang berkaitan dengan instansi bekerjanya, yang nyata-nyata adalah kebobrokan dalam sebuah sistem kesehatan di negara kita.
Robi, harus heran ketika istrinya, Lena yang harus melahirkan mendadak, karena mengalami solusio plasenta dan anaknya yang dilahirkan prematur asfiksia harus mondok lama di rumah sakit tersebut. Kecurigaan Robi semakin kuat, ketika bekas jahitan istrinya bukannya semakin baik tetapi justru semakin parah. Sedangkan co-ass yang biasanya melakukan visite hanya melakukan hal yang sama dengan perawat, yaitu mengukur tekanan darah dan tidak memeriksa secara intens. Apalagi keadaan bayinya yang baru lahir, semkain parah saja. Ternyata yang terjadi adalah ketika dilakukan operasi caesar kelahiran anak mereka, ada kasa yang tertinggal di dalam badan Lena. Keadaan ini tidak diberitahukan oleh pihak rumah sakit tapi hanya memberitahukan kepada Robi, diperlukan adanya bedah ulang untuk memperbaiki keadaan Lena. Sedangkan ankanya, akhirnya meninggal dunia. Tak puas dengan keadaan yang menimpa istrinya, Robi berusaha mengadakan gerakan massa untuk mendemo rumah sakit. Ditemani temannya, Alfan yang sudah menjadi pengacara, ia berusaha melawan sistem yang sudah parah
Pak Sukarto, mengalami keadaan gagal ginjal disertai penyakit diabetes mellitus type 1. Istrinya, ibu Ponirah, bukanlah orang yang memiliki harta. Ia hanya penjual gorengan dan kue di dekat stasiun, tempat tinggalnya. Untuk perawatan suami tercintanya, hanya mengandalkan gaskin. Nelangsanya ia harus kehilangan sepeda kunonya, satu-satunya harta berharga yang dimilikinya, yang ingin dijualnya untuk membiayai pengobatan Pak Karto, suami yang dicintainya. Selain itu, pelayanan kepadanya, harus terkalahkan oleh pelayanan kepada kaum "cendana", golongan orang yang berduit. Dan akhirnya, Pak Karto meninggal dunia, tanpa diketahui di saat kematiannya, diperkirakan meninggal karena shock sepsis. Padahal sebelumnya, Pak Karto sudah mendapat perlakuan CAPD guna memperbaiki kehidupannya.
Apa kaitan Fatiya dengan Robi dan bu Ponirah? Robi adalah kakak angkatan Fatiya di SMA terdahulu, sedangkan dengan bu Ponirah, mereka dipertemukan ketika bu Ponirah mengantar suaminya ke rumah sakit sedang ia sedang dalam perjalanan pulang menunggu bus yang akan dinaikinya, dan di saat itulah bu Ponirah kehilangan sepedanya, dan Fatiya mengalami kebimbangan apakah langsung pulang di saat busnya sudah datang atau melaporkan ke satpam. Dan perjalanan Fatiya di pekerjaannya, berkaitan dengan Robi dan bu Ponirah menjadi inti kisah ini, kisah yang mengambarkan sistem pelayanan buruk yang dijumpai di rumah sakit umum di Indonesia.
Membaca buku ini, kita semakin yakin dengan rahasia umum bahwa selama ini masih banyak sistem pelayanan kesehatan di negeri kita yang bobrok. Hanya orang-orang beruang yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik. Membuka mata kita. Sayangnya kekurangan buku ini saya rasakan dari terlalu banyak istilah medis yang tak dapat dipahami oleh pembaca awam seperti saya. Juga kisahnya yang kurang ter-eksplore dengan baik. Gambaran bobroknya sistem tersebut, sudah bukan menjadi pengetahuan baru bagi kalangan pembaca yang selalu terbaruka informasi dan pemberitaan, mungkin perlu ada hal-hal baru yang perlu dilempar ke kalangan pembaca. Selain itu, lay out halaman yang mengambarkan kantung infus di atas maupun di bawah halaman saya rasa terlalu berlebihan. Akhirnya, buku ini dengan nilai-nilai idealismenya, saya rasa patut diacungi jempol.