Judul: Bliss
Penulis: Kathryn Littlewood
Penerjemah: Nadia Mirzha
Penyunting: Lulu Fitri Rahman
Penerbit: Nourabooks
Jumlah Halaman: 310
Cetakan: II, Februari 2013
ISBN: 9789794336908
Bliss Bakery, sebuah toko roti kecil di kota Calamity Falls merupakan usaha kecil milik keluarga Bliss. Di balik kesuksesan toko roti kecil tersebut, terdapat rahasia bahwa sang ayah dan sang ibu, Albert dan Purdy memiliki resep roti yang mengandung sihir. Roti-roti yang dibuat oleh sihir bisa membuat beberapa kejadian yang salah menjadi baik. Namun keberadaan sihir itu dirahasiakan oleh Albert dan Purdy, sampai ke anak-anak mereka. Resep-resep itu dimuat dalam satu buku resep, Bliss Cokery Booke. Rosemary si anak kedua, yang awalnya curiga, akhirnya mengetahui rahasia kedua orang tuanya.
Tetiba ada tugas dari kota tetangga, dimana Albert dan Purdy diminta menyembuhkan warga kota tetangga dari wabah flu. Dan toko roti Bliss akhirnya diserahkan ke anak-anak Bliss, Thyme, Rosemary, Sage, dan Parsley. Setelah ditinggal oleh kedua orang tua mereka, Bliss bersaudara didatangi oleh bibi mereka, Lily. Pesona Lily membuat Rose dan saudara-saudaranya sepeti terhipnotis. Ditambah dorongan dalam hati Rose dan Ty untuk mencoba resep dalam buku Bliss Cokery, serta keharusan untuk merahasiakan buku resep tersebut dari sang bibi, yang dicurigai oleh Rose memiliki niat tak baik, menjadikan cerita mengalir. Bencana terjadi ketika Rose dan Ty akhirnya memutuskan untuk menggunakan resep-resep rahasia tersebut. Bukannya terjadi keajaiaban sesuai harapan, yang terjadi malah kekacauan. Sanggupkah Rose dan Ty mengatasi kekacauan yang mereka sebabkan?
Konsep cerita yang menarik ditambah tampilan fisik bukunya yang cantik membuat saya mengambil buku ini dari toko buku. Kelebihan buku ini memang covernya cantik, serta sisi luar kertas buku berwarna biru menjadikan rasa fantasy dari buku ini lebih kuat.
Sayangnya, bagi saya buku ini terasa ringan, terlalu ringan malah. Sehingga buku ini lebih cocok untuk ditujukan kepada pembaca usia sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama. Bukan karena kurang dramatisnya cerita yang dibuat, tapi gaya penulisannya lebih kuat pada gaya khas buku anak-anak, hanya saja dibalut dengan balutan rasa fantasi.
Konsep cerita yang dibuat pun terasa mengulur waktu dengan cerita galaunya Rose. Dan menurut saya kisah galaunya Rose ini dibuat terlalu panjang. Untuk efek ceritanya sendiri, kurang unsur kejutan yang dapat menguatkan pembaca untuk menimbulkan rasa penasaran untuk terus membaca halaman demi halaman. Sehingga meski ceritanya ringan, tapi kecepatan baca buku ini terasa lambat. Namun buku ini menjanjikan sebuah rasa penasaran untuk mengikuti kelanjutannya, dengan akhir cerita yang masih berlanjut.