Judul: Atheis
Penulis: Achdiat K. Mihardja
Penerbit: Balai Pustaka
Jumlah Halaman: 250
Cetakan: 25, 2009
Atheis mengisahkan pergulatan hidup Hasan, seorang pegawai negeri yang hidup di era penjajahan Jepang. Kehidupan agamanya sangat kuat, karena dipengaruhi oleh ajaran orang tuanya, penganut taat dari dari sebuah aliran tarekat. Namun pertemuannya dengan Rusli, Kartini dan Anwar, mengubah pandangan hidupnya. Bertiga adalah pemuda dengan pemikiran progresif di zamannya, bahkan berani memikirkan tentang nilai-nilai ketuhanan. Didorong dengan rasa cintanya yang kuat terhadap Kartini, serta pembenaran akan berbagai diskusi berat, Hasan akhirnya terdorong untuk mengikuti pemikiran progresif tersebut. Bahkan sampai berani melawan orang tuanya.
Sebagai novel klasik, saya rasakan pemikiran yang dituangkan oleh penulis dalam buku ini cukup maju, bakan masih memegang masa kekinian, di mana pergolakan pemikiran akan keberadaan Tuhan masih terus diperdebatkan. Meski dengan gaya tulisan yang cukup berbeda dengan tulisan sekarang, namun saya masih bisa menikmati keindahan sastra Atheis.
Saya sendiri memberikan rating 4 untuk buku ini. Meski cukup memakan waktu lama untuk menikmati buku ini, tetapi kehebatan penulis dalam mengolah gejolak pemikiran sangat menarik. Tak banyak kalimat-kalimat yang membingungkan, yang kerap ditemui di novel yang membahas perdebatan tentang sebuah ideologi. Dan ini nillia positif bagi saya dari buku ini.
Sebuah karya klasik yang memang patut bertahan, bahkan di era masa novel-novel percintaan mendominasi pasar perbukuan. Sebuah karya yang patut dicermati.
Sebagai novel klasik, saya rasakan pemikiran yang dituangkan oleh penulis dalam buku ini cukup maju, bakan masih memegang masa kekinian, di mana pergolakan pemikiran akan keberadaan Tuhan masih terus diperdebatkan. Meski dengan gaya tulisan yang cukup berbeda dengan tulisan sekarang, namun saya masih bisa menikmati keindahan sastra Atheis.
Saya sendiri memberikan rating 4 untuk buku ini. Meski cukup memakan waktu lama untuk menikmati buku ini, tetapi kehebatan penulis dalam mengolah gejolak pemikiran sangat menarik. Tak banyak kalimat-kalimat yang membingungkan, yang kerap ditemui di novel yang membahas perdebatan tentang sebuah ideologi. Dan ini nillia positif bagi saya dari buku ini.
Sebuah karya klasik yang memang patut bertahan, bahkan di era masa novel-novel percintaan mendominasi pasar perbukuan. Sebuah karya yang patut dicermati.
Pergolakan pemikiran mengenai ketuhanan dari dulu sampai sekarang memang jadi bahan perdebatan yang kadang 'hot' ya :)
BalasHapussebenarnya ini drama si cowok itu sendiri sih daripada drama pencarian kebenaran itu sendiri xD
BalasHapusSaya pernah baca ini pas SMP, yang saya ingat buku ini cukup berat dicerna oleh saya yg kala itu masih SMP. Hebat ya bacaan wajib kita dulu, suruh baca2 buku beginian
BalasHapusdulu pernah nemu buku ini di perpus SMP kayaknya tapi ga kelar bacanya.. soalnya ngga ngerti ide ceritanya x_x
BalasHapus