Judul: Ronggeng Dukuh Paruk
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: VII, November 2011
Jumlah Halaman: 408
ISBN: 9789792277289
Rasus dan Srintil. Dua anak muda asli Dukuh Paruk. Yang satu menjadi tentara, yang satu menjadi ronggeng. Dan pada Ronggeng Dukuh Paruk-lah, Ahmad Tohari berkisah tentang dua orang itu.
Sudah lama saya tak membaca buah karya Ahmad Tohari, setelah Orang-orang Proyek, yang memberi kesan mendalam bagi saya. Dan buku ini memberikan kesan yang lebih mendalam untuk saya. Kisah sebuah dukuh kecil, yang merupakan wujud kebodohan dari masyarakatnya, tetapi memiliki sebuah keseimbangan yang tak bisa dikata-katakan. Hanya sebuah bentuk kesenian daerah, ronggeng yang membuat dukuh ini begitu berwarna, begitu kaya, dibanding daerah-daerah lainnya di Kecamatan Dawuhan.
Kemunculan Srintil sebagai primadona baru sebagai ronggeng dari Dukuh Paruk akhirnya membawa Dukuh Paruh kembali hidup tetapi kekecewaan datang pada hari Rasus. Di mana pada saat ia menemukan sosok ibunya yang hilang pada Srintil, yang memutuskan untuk mewujudkan impiannya menjadi Ronggeng secara penuh bakti. Di mana Rasus kehilangan Srintil sebagai teman mainnya.
Srintil yang menjadi ronggeng, menbjadi pelabuhan setiap lelaki yang ingin bertayub bersama dirinya. Lantas Srintil menjadi sosok yang populer, sampai pada akhirnya ketika orang-orang komunis memanfaatkannya, kejatuhan Ronggeng Dukuh Paruh tak bisa dihindarkan.
Sepenutup halaman terakhir buku ini, saya merasakan bahwa memang buku ini sangat kaya. Dan memang patut menjadi sebuah maha karya dalam kekayaan sastra Indonesia. Buku yang meliuk-liuk dengan kata-katanya, tetapi dalam. Deskriptif dengan penggambaran alam tetapi diiringi dengan kisah yang menunggu untuk dituntaskan. Sebuah epik sastra yang luar biasa. Tak heran buku ini layak mendapat acungan jempol. Dan menjadikan Ahmad Tohari, sebagai salah satu sastrawan terbaik di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar