Penulis: Izzeldin Abuelaish
Penerbit: Qanita
Penerjemah: Istiani Prajoko
Editor: Esti Budihabsari
ISBN: 9786029225228
Pernahkah kita membayangkan, apabila Tuhan menakdirkan kita lahir sebagai warga negara Palestina di saat ini? Dimana perebutan wilayah sedang terjadi antara bangsa Palestina dengan bangsa Israel. Di saat perjanjian damai yang ada, rasanya tidak berlaku karena tandatangan perjanjian tersebut berlanjut dengan justru saling serang? Apa yang harus kita rasakan di tengah perang yang garang? Sangatlah berat.
Tantangan tentu saja selalu didapat Dr. Abuelaish. Misalkan, ia yang bekerja di Rumah Sakit Sorawa, Israel, ditentang oleh saudara sebangsanya, karena bekerja untuk melahirkan, mayoritas, anak-anak Israel yang jikalau besar bisa seperti tentara Israel yang menyerang bangsanya sendiri, Palestina. Tapi dia bisa berkilah, siapa tahu bayi yang kelahirannya ia tolong, kelak bisa menjadi seorang dokter yang memiliki nilai kemanusiaan tinggi. Begitu juga, tantangan yang dia hadapi di saat berangkat atau pulang kerja, dari dan ke rumahnya di jalur Gaza, berbagai masalah sering ia jumpai di daerah perbatasan antara Israel-Palestina. Padahal ia sudah mengantungi surat kerja di RS tempat ia berkerja. Kalau sudah begitu, untuk melintasi perbatasan saja, dia harus menemui berbagai hambatan.
Beruntung, dia seringkali mendapatkan bantuan dari rekan kerjanya, dokter-dokter berkebangsaan Israel atau beberapa kenalan Israelnya, dalam mengatasi masalah yang ada. Kemanusiaan memang tidak mengenal perbedaan bangsa dan permusuhan.
Memoar perjuangan Dr Abuelaish sangatlah indah. Cita-cita perdamaiannya juga sangat indah. Demikian juga dengan buku ini. Nice book.
Pemberian dari mbak AS Dewi, seorang Interista (saya sendiri adalah Milanisti) yang juga seorang dokter, dalam rangka program Secret Santa BBI. Terima kasih, teriring harapan agar beliau bisa menjadi dokter yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian.
Gambaran, dari orang luar, yang baik sudah bisa kita dapatkan di buku novel grafis Joe Sacco, Palestina Membara: Duka Orang-Orang Terusir atau memoar dr. Ang Swee Chai, From Beirut to JerusalemBuku ini menggambarkan penderitaan yang dialami oleh bangsa Palestina. Bombardir roket Israel, kesulitan cadangan makanan, kesulitan untuk menembus perbatasan dengan negara lain bahkan ketika untuk kepentingan medis dimana keterbatasan rumah sakit di Palestina. Tapi bagaimana perasaan dr. Izzeldin Abuelaish, dengan 3 putri yang tewas seketika karena serangan bom mendadak yang diluncurkan ke rumahnya? Justru perdamaian, dan bukannya dendam. Tentu saja, hasrat itu bisa juga timbul karena profesinya, sebagai seorang dokter spesial obsgyn. Dengan dokter yang bertugas menangani kesuburan dan kehamilan, tentu saja tujuan utamanya adalah bisa membuat seorang ibu melahirkan dengan selamat.
Tantangan tentu saja selalu didapat Dr. Abuelaish. Misalkan, ia yang bekerja di Rumah Sakit Sorawa, Israel, ditentang oleh saudara sebangsanya, karena bekerja untuk melahirkan, mayoritas, anak-anak Israel yang jikalau besar bisa seperti tentara Israel yang menyerang bangsanya sendiri, Palestina. Tapi dia bisa berkilah, siapa tahu bayi yang kelahirannya ia tolong, kelak bisa menjadi seorang dokter yang memiliki nilai kemanusiaan tinggi. Begitu juga, tantangan yang dia hadapi di saat berangkat atau pulang kerja, dari dan ke rumahnya di jalur Gaza, berbagai masalah sering ia jumpai di daerah perbatasan antara Israel-Palestina. Padahal ia sudah mengantungi surat kerja di RS tempat ia berkerja. Kalau sudah begitu, untuk melintasi perbatasan saja, dia harus menemui berbagai hambatan.
Beruntung, dia seringkali mendapatkan bantuan dari rekan kerjanya, dokter-dokter berkebangsaan Israel atau beberapa kenalan Israelnya, dalam mengatasi masalah yang ada. Kemanusiaan memang tidak mengenal perbedaan bangsa dan permusuhan.
Memoar perjuangan Dr Abuelaish sangatlah indah. Cita-cita perdamaiannya juga sangat indah. Demikian juga dengan buku ini. Nice book.
Pemberian dari mbak AS Dewi, seorang Interista (saya sendiri adalah Milanisti) yang juga seorang dokter, dalam rangka program Secret Santa BBI. Terima kasih, teriring harapan agar beliau bisa menjadi dokter yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian.
Abis baca review ini, lgs cek bio Twitter sambil mikir : "kok Mas Tezar tahu ya aku dokter? Hebat euy" :D
BalasHapusReviewnya bagus, mas. Aku yg tadinya ragu mo beli buku ini, jadi yakin skr. Dan terima kasih bgt buat doanya. Terharu didoain (з´⌣`ε)
Semoga mas Tezar juga sukses terus ya. (PS: Milan-nya jg makin sukses, asal gak lebih sukses dari Inter aja. Hehehe...) XD
mantaffff...jadi pengen baca juga, sejauh ini aku malah tertarik baca soal hubungan underground masing-masing warga di dua bangsa ini...kali pertama baca di novel teenlit Simone Elkeles (seorang Yahudi, sepertinya) yang seri How to Ruin...
BalasHapuswahhhh...banyak ya dokter yang jadi blogger dan reader yang rajin, hehehe.....kerennnnnn
Bulu wajib punya nih. Btw mirip ma jalan jihat terbitan mizan gak?
BalasHapus@mb Dewi: hehehe, terima kasih ya
BalasHapus@ijul: iya, semoga semakin banyak penulis dari kalangan dokter
@sinta: aku belum baca yang Jalan Jihad. Tapi mungkin bedanya, ini dari sosok si dokter yang berkewarganegaraan Palestina sendiri. Sedang Jalan jihad, mungkin bisa dikomparasikan dengan From Beirut to Jerusalem, yang penulisnya bukan berkewarganegaraan Palestina