Judul: Totto-chan`s Children: A Goodwill Journey to the Children of the World
Penulis: Tetsuko Kuroyanagi
Penerjemah: Ribkah Sukito
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 328
ISBN: 9789792250107
Tetsuko Kuroyanagi, artis Jepang yang juga terkenal di berbagai negara, dengan bukunya Totto-Chan, kali ini mengisahkan kehidupan perjalanannya di beberapa negara sebagai Duta UNICEF. Berbeda dengan tulisannya di buku Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela, dimana pada buku kali ini, yang beliau ksiahkan adalah perjumpaannya dengan anak-anak di berbagai negara yang dikunjungi, bukan semata memori kisah hidup di masa kecilnya.
Cerita yang kita dapatkan di buku ini adalah kisah kepedihan tentang hidup, hidup anak-anak yang menderita. Penuh kesedihan. Sekilas tergambarkan berikut:
Tanzania
Seseorang anak perempuan ramah menawari Tetsuko Kuroyanagai air dalam panci yang berlumpur, untuk mencuci tanah. Ditanyakan kepada si anak, darimana sumber air itu, si anak menjawab ada di belakang. Kuroyanagi mengitarai halaman belakang, tapi tak menjumpai sumur di sana. Ternyata sumur yang dimaksud berada 4,8 kilometer di belakang sana. Padahal orang-orang di sana, untuk mencari air kebanyakan harus berjalan 14 - 16 kilometer, atau mereka tak bakal bisa bertahan hidup.
Nigeria
Termometer yang dibawa kru televisi yang mengiringi perjalanan Kuroyanagi sampai melebihi batas maksimal pengukuran suhu yang mencapai 62,7 C di sebuah gurun di Nigeria. Curah hujan di Nigeria hanya 2,5cm pertahun.
India
24 juta anak lahir setiap tahun di India, sepuluh persennya meninggal di tahun pertama, dengan 40 persen kematian terjadi di bulan pertama, dan 20 persen kematian terjadi di minggu pertama!
Mozambik
Perang saudara terjadi karena pemerintahan apartheid Afrika Selatan merasa pemerintahan Mozambik akan mengancam jalannya politik apartheid mereka. Perang mengakibatkan banyak pengungsian, dan korban banyak muncul dari anak-anak yang hilang dari orang tua mereka.
Kamboja dan Vietnam
Perang Vietnam mengakibatkan ambruknya perekonomian di negara itu. Juga racun biologis yang tertinggal di sana mengakibatkan banyak terjadi kasus cacat pada anak-anak di Vietnam. Rezim Polpot di Kamboja, membunuh banyak ilmuawan, dokter, aktor dan lain sebagainya, dimana jutaan orang tewas.
Angola
Tentara gerilya yang ada, sering membunuh orang tua dan memotong tangan dan kaki anak-anak di sana.
Bangladesh
Selain kemiskinan yang menimpa rakyat negara ini, 400.000 anak tiap tahunnya meninggal karena diare. Beruntung negara ini memiliki Muhammad Yunus, dengan Grameen Bank-nya.
Irak
Perang Teluk mengakibatkan penderitaan yang memberatkan keadaan anak-anak di sana. Banyak kasusu kelaparan, kurang gizi, dan penyakit menular menimpa anak-anak di sana. Anak-anak di sana bahkan dijadikan alat pendeteksi ranjau.
Ethiopia
Pengungsi Somalia berdatangan ke Ethiopia, padahal keadaan di Ethiopia tidaklah lebih baik. Pembagian ransum kepada anak-anak hanya diberikan kepada anak di bawah berat 70 kg. Itupun tidak layak.
Sudan
Perang saudara mengakibatkan banyaki anak yang tertembak. Anak-anak di sana meminum air sungai yang berlumpur.
Rwanda
Ditemukan banyak mayat tanpa kepala di dekat sebuah gereja di sana. Perang antar etnis yang terjadi tak jelas juntrungannya antara etnis Hutu dan Tutsi. Anak-anak diberikan seragam militer untuk berperang.
Haiti
Anak-anak di sana banyak yang terkena HIV/AIDS karena banyak yang terpaksa melacurkan diri. Bayi yang lahir prematur di sana kebanyakan berebutan tempat inkubator.
Bosnia Herzegovina
Bom disebar bahkan dalam bentuk es krim cone. Dan ada yang ditanamkan dalam sebuah boneka. Dan banyak yang terbunuh karenanya.
Membaca buku ini, membuat kita paham anak-anaklah yang paling menderita bila terjadi perang. Padahal harapan masa depan ada di pundak mereka. Membaca buku ini, setidaknya hati akan gemetar, dan bersyukur bahwa nasib kita di Indonesia lebih baik daripada generasi yang sama di belahan dunia lainnya. Buku ini patut menjadi sumber renungan kita, untuk hidup generasi ke depan yang lebih baik.