Judul: Saga No Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga)
Penulis: Yoshichi Shimada
Penerjemah: Indah S. Pratidina
Penerbit: Mahda
Jumlah Halaman: 264
ISBN: 9786029719628
Penulis: Yoshichi Shimada
Penerjemah: Indah S. Pratidina
Penerbit: Mahda
Jumlah Halaman: 264
ISBN: 9786029719628
Seringkali kita heran dengan apa yang berbeda antara bangsa Indonesia dengan Jepang. Indonesia mempunya kekayaan alam, Jepang tidak tetapi bangsa Jepang lebih maju. Dari berbagai artikel yang bisa dibaca, menurut saya kehebatan bangsa Jepang terletak pada kemauan mereka untuk belajar dan kepedulian kepada pesan-pesan hidup sebagai salah satu faktor penyebabnya.
Buku ini menguatkan alasan apa yang saya tulis di atas. Di masa kecilnya, Akihiro Tukonaga, dalam buku ini menggunakan nama pena Yoshichi Shimada, hidup di masa kemiskinan pasca peristiwa bom atom kota Hiroshima di Perang Dunia II. Sang Ibu yang khawatir akan keselamatannya mengungsikan dia ke Saga, sebuah kota kecil untuk hidup bersama neneknya.
Di Saga, justru yang dirasakan Akihiro adalah kemiskinan yang melebihi kehidupan sebelumnya di Hiroshima, disebutkan sebagai dari miskin menjadi lebih miskin. Untuk lauk makan sehari-hari saja, sang nenek mengandalkan "swalayan" yang hanyalah galah yang dipasang sang nenek di sungai yang bisa menjaring berbagai bahan makanan tak terpakai dari pasar yang dibuang di sungai tersebut. Makanan tersebut bukanlah sampah, bagi sang nenek, karena dengan membuang bagian yang cacat atau kotor, bahan makanan tersebut sama saja dengan bahan makanan yang dibeli di pasar. Sebuah ide brilian, untuk mengatasi kemiskinan yang dialami. Selain itu, ketika bekerja, nenek biasanya mengikatkan magnet di belakangnya untuk menarik sampah logam yang bisa terjual.
Nenek di kisah Saga no Gabai Bachan ini juga mengingatkan bahwa miskin yang harus dilewatkan dengan ceria/bahagia, karena menurut beliau ada dua jenis kemiskinan, miskin muram dan miskin ceria, dan jalan terbaik yang ditempuh untuk menikmati hidup mereka adalah dengan melakukan miskin ceria. :) Sebuah jalan hidup yang indah, mensyukuri apa yang dialami. Bukankah semua agama mengajarkan untuk mensyukuri hidup ini? Juga berbagai nasihat hidup yang indah, berkaitan dengan perjalanan hidup Akihiro, banyak kita jumpai di buku yang indah ini. Paling tidak, satu saja, mungkin berguna buta kita sendiri. Buat yang nggak suka kisah motivasi? Bercerminlah pada bangsa Jepang :)
Buku ini sudah lama ingin kubaca. ketika berkunjung ke toko buku hanya masih sebatas kutimang-timang. Setelah membaca tulisan ini, menjadikanku semakin mantap untuk segera membeli n membacanya.. matur nuwun...
BalasHapus