Judul: Sepatu Dahlan
Penulis: Khrisna Pabichara
Penerbit: Nourabooks
Jumlah Halaman: 371
ISBN: 9786029498240
Dahlan Iskan mungkin tak pernah menduga di masa kecilnya, bahwa kelak dia akan hidup sukses. Waktu menginjak usia anak-anak menjelang remaja, ia hanyalah seorang putra dari seorang ayah yang berprofesi sebagai buruh tani lepas dan panggilan renovasi rumah, serta ibu yang berprofesi sebagai pembatik. Masa kecil Dahlan, yang oleh Khrisna Pabichara dibuat dalam versi fiksinya, dengan judul Sepatu Dahlan ini, hanya hidup seperti layaknya anak desa miskin, sehari-hari bersekolah, menggembalakan domba, serta bermain-main di kali. Dan apa yang dialami Dahlan semasa kecilnya, memang mengenaskan. Untuk makan sehari-hari saja sulit, ditambah Dahlan harus bersekolah tanpa menggunkan sepatu dan sepeda, karena memang kemiskinan. Makanya tak heran, apabila impian Dahlan saat itu hanya memiliki sepatu, terkait juga dengan hobi Dahlan, berolahraga bola voli.
Dari keinginan Dahlan untuk masuk SMP Negeri Magetan, yang ditolak ayah, sampai keinginan Dahlan untuk kuliah di akhir buku, kita akan mendapatkan bagaimana serunya hidup Dahlan. Khrisna Pabichara, menurut saya mampu membuat sebuah karya yang mengasyikkan. Semua pengalaman Dahlan membuat kita belajar, bagaimana sosok seorang anak desa miskin, bergulat dengan kehidupan sehari-hari. Tentu saja kita akan melihat bagaimana musibah yang menghampiri Dahlan, seperti kematian ibunya, sempat membuat perasaan Dahlan jatuh. Tapi dengan bisa membaca bagaimana pandangan seorang anak desa yang miskin, khasanah kontemplasi kita akan menjadi semakin kaya.
Bagian yang saya suka adalah ketika Dahlan menuliskan isi hatinya dalam buku harianya. Begitu polos dan jujur. Kebiasaan Dahlan yang sedari kecil sudah menulis dalam buku hariannya mungkin menjadi bekal bagi beliau ketika menginjak profesi sebagai wartawan yang mengantarkannya ke jenjang kesuksesannya sekarang. Meski agak ragu apa yang ditulis oleh Khrisna, snag penulis, persis seperti yang ditulis oleh Dahlan puluhan tahun yang lalu, isi buku hariannya serasa mengena.
Meski tak berbeda jauh dengan novel biografi lainnya, yang berisi kisah hidup penuh halangan sebelum sukses, buku ini bisa menjadi bahan untuk lebih mengenal sosok fenomenal Dahlan Iskan. Dan ini bermula dari impainnya tentang sepatu. Hal yang diremehkan kebanyakan orang karena sepatu bagi kebanyakan orang merupakan barang yang untuk dikoleksi. Mungkin masih banyak yang heran apabila masih banyak anak-anak miskin yang masih berangkat ke sekolah tanpa menggunakan sepatunya.
Kalau memang perlu disayangkan dari buku ini, adalah kadang bagian cerita yang belum tuntas, seperti di bab terakhir, kisah tentang Stasiun Madiun, tak dijelaskan kisah pertemuan Dahlan dengan Aisyah. Juga masih ada bagian yang seperti menggantung, seperti perseteruan Dahlan dengan anak latihnya di klub voli PG Gorang Gareng. Seolah-olah berakhir begitu saja. Tapi secara keseluruhan saya menyukai kisah Sepatu Dahlan. Sebuah kisah, tentang impian terhadap sepatu.
kalo ke gramedia, wajah2 Dahlan Iskan yang selalu ada di cover depan buku-buku best seller/buku baru dll
BalasHapus