Judul: The Rug Merchant
Penulis: Meg Mullins
Penerjemah: Cahya Wiratama
Penerbit: Bentang Pustaka
Jumlah Halaman: 314 Halaman
ISBN: 9789791227698
Ushman, pedagang permadani dari Tabriz, Iran terpaksa mengungsi ke Amerika. Dia meninggalkan Farak, istrinya bersama ibunya, di Tabriz, dengan harapan bila menemui kesuksesan di negeri paman Sam, keluarganya bisa diboyong untuk tinggal bersamanya di Amerika. Namun harapan demi harapan yang terus diciptakannya harus tandas, ketika Farak, sang istri ternyata berselingkuh dengan seorang Turki, sampai melahirkan anak.
Menderita, hanya kesepian yang dirasakan Ushman. Dia masih memimpikan menjemput Farak di saat kedatangannya di Amerika. Di saat putus harapan, Ushman pergi ke bandara untuk memvisualisasikan hal tersebut. Justru di bandara, ia menemukan Stella. Seorang mahasiswi muda, yang juga memiliki penderitaan, dan dari perkenalan di bandara, disusul dengan curahan hati Stella akan penderitaan yang dialaminya, Ushman semakin dekat dengan Stella.
Kedekatan Ushman dengan Stella tersebut melahirkan rasa sayang di antara mereka berdua. Tapi tentu saja, akan ada halangan yang mereka temui. Salah staunya, perbedaan kultur antar mereka.
Buku ini menggambarkan kesunyian yang dihadapi Ushman. Pergulatan hati Ushman mengisi sebagian besar isi buku ini. Meski demikian, saya tak bosan membuka lembar demi lembar buku ini. Nuansa yang ditulis Meg Mullins memang lekat dengan pergulatan hati yang biasa kita alami. Seolah-olah bukan perasaan dalam buku yang kita baca, tapi juga bisa perasaan diri kiita sendiri atau orang-orang di hati.
Jalan ceritanya sendiri mungkin tak terlalu baru. Kisah kesendirian memang sudah banyak diangkat dalam berbagai tulisan fiksi. Tapi suasana yang berbeda bisa saya baca di buku ini. Sang penulis, menurut saya berhasil membuat saya menyukai buku ini. Namun menurut saya buku ini bukannya tidak memiliki kekurangan. Ada bagian, yang menurut saya tidak cocok, dengan pandangan saya. Misalkan, seolah-olah kawin kontrak yang diperbolehkan sebagian aliran dalam Islam, digambarkan diperbolehkan dalam Islam. Juga tradisi di Irak digambarkan bahwa pihak wanita lah yang memberikan mahar kepada pihak pria, padahal kewajiban dalam Islam, justru sebaliknya. Saya khawatir apa yang dipahami snag penulis tentang Islam hanya bersumberkan dari satu sumber saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar