Sabtu, 16 Februari 2013

Di Mana Ada Cinta, Di Sana Tuhan Ada

Judul: Di Mana Ada Cinta, Di Sana Tuhan Ada
Penulis: Leo Tolstoy
Penerjemah: Atta Verin
Penerbit: Serambi
Cetakan: I, Februari 2011
Jumlah Halaman: 197
ISBN: 9789790242401
Sastra klasik selalu memberikan kesan untuk membacanya. Karena sifat klasiknya yang membuat dia tak lekang di makan zaman. Leo Tolstoy, merupakan salah satu pengarang karya klasik, yang karya-karya beliau diminati luas sampai sekarang. Di Mana Ada Cinta, Di Sana Tuhan Ada, merupakan salah satu buku kumpulan lima cerita pendek yang ditulis beliau bertemakan cinta dan kemanusiaan.

Kisah di buku ini dimulai dengan cerita tentang Martin Adveich, seorang pembuat sepatu yang hilang harapan terhadap Tuhan. Pertemuannya dengan seorang lelaki tua dari sebuah biara, mengingatkan kembali dirinya kepada Tuhan. Dan Martin bermimpi, bahwa dia akan bertemu Tuhan. Dia bisa bertemu Tuhan, apabila ingin bertemu dengan-Nya, dia harus melongok ke luar. Ketika bangun, kerapkali dia melongok ke luar, tapi tak pernah melihat Tuhan. Yang Martin lihat adalah orang-orang yang berkesusahan. Namun dari orang-orang tersebutlah Marrtin bisa melihat "Tuhan". Sebuah cerita yang menarik. Bahwa kita diajarkan bisa menemui Tuhan lewat makhluk-makhluk-Nya.

Kisah kedua, Tuhan Tahu Tapi Menunggu, menurut saya sangat menyedihkan. Ivan Aksionov dihukum karena pembunuhan yang tak pernah dia lakukan, hanya karena dia difitnah oleh pembunuh sesungguhnya. Dari kisah ini kita bakal tahu bahwa keadilan Tuhan memang luar biasa, karena pada akhirnya si pelaku pembunuhan mengakui perbuatannya.

Tiga Orang Pertapa, yang merupakan kisah ketiga menggambarkan pertemuan seorang uskup dengan tiga pertapa yang hidup di pulau terpencil. Kisah yang menarik, tentang makna formalitas sebuah doa. Kisahnya cukup dalam, dalam hati.

Majikan dan Pelayan, cerita terpanjang dalam buku ini, memaparkan kesetiaan Nikita, seorang pelayan, terhadap Vasili Andreyevich, bosnya yang pelit dan penuh perhitungan. Meskipun paham kalau dirinya dirugikan ketika berkerja untuk Vasili, namun NIkita tetap memegang teguh kesetiaannya, smapai pada suatu hari ketika ia mengantarkan tuannya untuk urusan bisnis, menggunakan kereta kuda, di saat badai salju menggila. Interaksi kedua orang itu semata-mata hanyalah antara majikan dan bawahan, apalagi Vasili hanya menghitung untung rugi saja. Tetapi badai salju membawa perubahan di akhir cerita, yang juga akhir yang mendalam dan menyentuh.

Dua Lelaki Tua, mengisahkan perjalanan ziarah Efim Shevelef dan Elisha Bodrof. Kedua sahabat itu melakukan perjalanan ziarah ke tanah suci Palestina, dengan meninggalkan keluarga masing-masing. Di tengah jalan, Elisha memutuskan untuk tidak meneruskan perjalanannya ketika dia menemui keluarga yang harus ditolongnya. Ada pelajaran yang dibagikan Tolstoy dalam kisah ini, bahwa berbagi pun bisa sama indahnya dengan ibadah yang bersifat individualistik. 

Tolstoy menurut saya cukup sederhana dalam menuliskan pesan-pesannya. Nilai kemanusiaan, juga mengandung nilai-nilai keTuhanan. 

3 komentar:

  1. mas tezaaar... kenapa review "Tuhan Tahu Tapi Menunggu" ada spoilernyaaa? aku sedih... *menatap hampa langit berbintang* *eh masih siang ini ding*

    BalasHapus
  2. Was...Tolstoy. Salah satu favoritku. Paling suka yg tuhan tahu tapi menunggu

    BalasHapus
  3. Sederhana tapi "kena". Suka banget sama om Tolstoy :)

    BalasHapus