Jumat, 15 Maret 2013

Eye of the Crow

Judul: Eye of the Crow
Penulis: Shane Peacock
Penerjemah: Maria Lubis
Cetakan: I. Oktober 2011
Penerbit: Qanita
Jumlah Halaman: 368
ISBN: 9786028579926

Sherlock Holmes, yang terkenal sebagai salah satu detektif terhebat, di usianya yang belia, 14 tahun, hanyalah bocah kecil biasa yang tak dikneal. Bahkan, dia seringkali membolos dari sekolah, bukan karena malas, tapi ada hal lain yang selalu menarik buatnya. Kabar-kabar kriminal dari koran kriminal. Insting menyukai berita kriminal tersebut lah yang membuat Holmes menjadi sosok yang kelak menjadi salah satu detektif terkenal. Di masa belia inilah Holmes pertama kali mendapatkan kasus pertamanya. 

Seorang wanita tak dikenal tewas secara keji di kawasan Whitechapel London. Tak ada saksi mata manusia, namun kecurigaan polisi mengarah kepada seorang anak buah tukang daging, Mohammad Adalji, hanya karena senjata pembunuhannya didapatkan padanya. Insting Holmes menyatakan pendapat berbeda dengan polisi. Namun, apa daya, polisi malah mencurigai Holmes sebagai anak buah Adalji yang membantunya membunuh sang korban. 

Kali ini Holmes harus berburu waktu. Menyelidiki kasus tersebut sebelum vonis mati dijatuhkan kepada Adalji, ditambah harus menghindari perburuan yang dilakukan oleh pihak polisi London, Holmes harus bersekutu dengan Malefactor, pemimpin gang anak kecil, yang berkeliaran dalam kota London, disertai penyelidikannya terhadap saksi kunci pembunuhan tersebut, kawanan gagak.
Saya mendapati sosok Holmes yang berbeda dengan Holmes tulisan Arthur Conan Doyle, pada sosok belia Holmes karya Shane Peacock ini. Memang agak sulit membuat karya fiksi bertokohkan seseorang yang sudah tenar dibuat penulis asal sebelumnya. Dan Peacock menurut saya gagal mengangkat sosok Holmes sebagaimana diangkat Doyle. Meski demikian, saya mendapat sebuah karya yang menarik, tentunya.

Dengan menghidupkan suasana London di abad 19, saya merasakan bagaimana London terasa nyata. Sayang, meskipun memperlihatkan daya analisis Holmes hanya dengan pengamatan deduksinya yang terkenal, kentara sekali Holmes di sini masih belum keliahtan sekali kemampuan analisisnya. Memang disebutkan kasus yang dihadapi masih awal kali jejak kedetektifan Holmes, tapi kalau saya rasakan masih belum ada jejak membaca Holmes yang terasa.

Overall, meski tidak mengecewakan sebagai karya misteri, buku ini belum mengobati rasa kangen akan sosok Holmes. Meski demikian, seiring semakin matangnya daya penyelidikan Holmes, buku selanjutnya masih meninggalkan harapan untuk diikuti. Holmes, tetaplah seorang detektif handal. Dan tulisan tentang Holmes oleh penulis apa pun, selalu menarik untuk diikuti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar