Judul: Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: III, April 2012
Jumlah Halaman: 512
ISBN: 9789792279139
Borno, seorang lulusan SMA di Pontianak, berusaha mencari kerja di berbagai jenis pekerjaan. Namun akhirnya, berlabuh menjadi pengemudi sepit, kapal satu mesin untuk menyebrangkan penumpang di dua tepian sungai Kapuas. Suatu saat, dia jatuh cinta kepada satu penumpang, yang meninggalkan sebuah kotak angpao merah. Kecintaannya itu membuat Borno, selalu menghitung saat-saat di mana Mei, nama penumpang itu, muncul untuk menaiki pit, dan Borno mendapatkan perhitungan khas agar ia bisa menumpangkan sepitnya buat Mei, antrian ke 13.
Namun, di beberapa saat Borno harus tidak berjumpa dengan Mei. Mei kembali ke kota asalnya, Surabaya. Namun bersama pak Tua, seniornya pengemudi sepit, Borno akhirnya bisa berjumpa dengan Mei kembali di Surabaya. namun setelah kembali, ada halangan besar yang harus dihadapi Borno, untuk mencintai Mei, ditambah ada penolakan dari Mei untuk bertemu, bahkan ketika Mei kembali ke Pontianak. Mampukah Borno bisa menjalin cinta dengan Mei? Apalagi ada ssosok baru, drg Sarah yang sepertinya menyukai Borno.
Entah, ini buku keberapa dari karya Tere Liye yang sudah saya baca. Tapi saya selalu suka karya Tere Liye. bagaimana cara dia menulis, sederhana namun mengena. Serta romantismenya yang tak terlalu menye namun mengena dengan kata-kata yang membuat kita bisa merenung. Ah iya, tambah pelajaran hidup yang diajarkan. Dan yang jelas, buku ini menjadi salah stau karya Tere Liye favorit saya.
Membaca buku ini membuat saya kepingin menikmati suasana Pontianak. Meskipun Tere Liye bukan berasal dari kota tersebut namun dia mampu menulis latar Pontianak yang menjadikannya menarik untuk saya kunjungi. Dan juga ada kisah cinta yang membuat hati tersentuh, yang diceritakan oleh pak Tua. Sejatinya hidup yang dihidupkan dengan cinta, sesulitnya hidup tersebut.
Kalau memang boleh memberikan rekomendasi, buku ini saya rekomendasikan sebagai salah satu karya yang indah. Sebuah karya dilahirkan dengan rasa cinta. Salut buat bang Tere.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar