Judul: The Geography of Bliss
Penulis: Eric Weiner
Penerjemah: M. Rudi Atmoko
Editor: Indradya SP
Penerbit: Qanita
Cetakan: I, November 2011
Jumlah Halaman: 512
ISBN: 9786029225273
"Pencarian kebahagiaan adalah salah satu sumber utama ketidakbahagiaan"
Apa sih bahagia itu? Orang awam mungkin menganggap bahagia apabila semua berkecukupan, dan bisa nelaksanakan apa yang disukai. Atau apa lah yang penting, bisa tersenyum. Tetapi mungkin definisi suatu bahagia bisa berbeda, sebenarnya. Itulah yang dicari oleh Eric Weiner, dengan berkeliling di 10 negara, terbentang dari Islandia di Utara, sampai India di Selatan, Britania Raya sampai ke negaranya sendiri Amerika Serikat. Untuk mengetahui apa dan bagaimana bahagia di masing-masing tempat.
Eric Weiner, bekerja sebagai koresponden National Public Radio (NPR) di beberapa negara. Memiliki sifat menggerutu tak menghalanginya untuk berkeliling di sepuluh negara tersebut, untuk mencari bagaimana seseorang bisa bahagia, apakah orang lain bahagia, dan apa itu bahagia. Tak akan dijumpai dalam buku ini bagaimana berkeliling negara seperti traveler atau pun tempat-tempat indah dari suatu negara.
Bertitik tolang dalam pencarian kebahagiaan, Weiner bertemu dengan orang-orang lokal di negara yang ia kunjungi. Dan bertanya, apakah mereka bahagia? Berpijak dari pencarian makna kebahagiaan, di sinilah mungkin kekuatan buku ini. Bagi sebagian orang, mungkin akan dibuat pusing tapi bagi saya, buku ini merupakan salah satu jalan untuk memahami salah satu makna kehidupan, yang seringkali dicari orang: kebahagiaan.
Meski hanya mencakup 10 negara, buku ini sangat kaya. Dalam artian kita tak bisa menyebut suatu negara, penduduknya bahagia serupa dengan keadaan di negara lain. Banyak faktor yang mempengaruhi. Orang Belanda mungkin bahagia dengan kebebasaan terhadap beberapa unsur yang terlarang di negara lain, seperti ganja. Atau warga Swis mungkin senang dengan banyaknya pemilu sebagai perwujudan negara paling demokratis di dunia. Tapi di sisi lain kita juga bisa menjumpai ketakbahagiaan di negara Moldova. Atau ketika uang semestinya bisa bekerja dalam kehidupan rakyat Qatar tetapi ketidakada kepemilikan kebudayaan apakah membuat orang Qatar bahagia?
Saya menyukai buku yang mampu menjelaskan, di satu saat, di belahan lain, ada orang lain memiliki keadaan yang berbeda dengan saya di sini. Weiner mampu mengeksplorasi, meski apa yang dia tuliskan berupa rincian yang hanya ia temukan, tapi sungguh, saya bagaikan memahami dan menyaksikan langsung seperti apa toh, yang terjadi di sana. Dan yang pasti, bahagia tidak, saya mensyukuri bisa membaca buku ini.
Review yang menyentuh, Mas Tez.
BalasHapus