Judul: The Atlantis Gene
Penulis: A.G. Riddle
Penerjemah: Ahmad Alkadri
Editor: Mery Riansyah
Penerbit: Fantasious
Cetakan: I, Januari 2015
Jumlah Halaman: 582
ISBN: 9786020900223
David Vale, seorang korban luka serius dari peristiwa 9/11 dan mantan anggota CIA, berusaha mengungkap sebuah aksi teroris dari organisasi bernama Immari, yang menyerang agensi rahasianya, Menara Jam di seluruh dunia. Vale sendiri adalah kepala cabang Jakarta, Menara Jam. Penyelidikan Vale membuat dia bertemu dengan Dr. Kate Warner, peneliti anak-anak autis, yang kehilangan 2 anak penelitiannya, yang dicuri oleh Immari.
Bersama Kate, Vale harus terbang ke dataran china untuk menyelamatkan kedua anak tersebut. Nahas, mereka gagal dan harus mencari kedua anak tersebut sampai ke belahan dunia Atlantis.
Awalnya saya mengira buku ini bakal mirip tulisan Dan Brown, dimana petualangan berputar pada kejadian sehari. Nmaun meski sama-sama menegangkan, cerita The Atlantis Gene berbeda. Sama-sama menceritakan tentang konspirasi, the Atlantis Gene sebenarnya lebih santai, terutama di bagian tengah. Tetapi, hal tersebut memang tak mengurangi rasa thrillernya. Twist-twistnya enak untuk diikuti, dan rasanya pingin cepat-cepat mengetahui ending ceritanya.
Sayang meski buku ini saya bilang menarik, ada beberapa hal yang justru bisa menggurangi nilai buku ini, menurut saya. Yang jelas typo yang jumlahnya lumayan banyak, salah satunya. Saya kadang memang nggak peduli akan typo, asal masih bisa paham artinya. Tapi kadang banyak tanda hubung yang memotong sautu kata, seharusnya dipakai ketika memotong suatu kata pada pergantian baris, menjadikan saya agak uring-uringan, hehehe.
Yang kedua, mungkin ini agak kepada diri saya. Kisah 'ilmiah' yang diceritakan, erulang kali membuat saya berkerut kening, tak paham. Konsep tentang teknologi manusia atlantis, sejarah asal muasal ras manusia, sampai teknologi pembunuhan masal masih terlalu ngawang di pikiran saya. Otomatis saya hanya bisa menikmati jalannya cerita yang syukurnya tidak mengecewakan.
O ya, juga ketika penulis mengambil setting di Jakarta, memang perlu dipertanyakan kesesuaian tempat dengan keadaan Jakarta sebenranya, seperti yang sudah ditulis oleh kedua teman saya, kak luna di sini dan bu dokter dewi di sini. Terlepas dari ceritanya yang fiksi, saya merasa penulisnya kurang dalam meneliti Jakarta. Meski demikian, saya suka penulisnya dengan gaya penulisan thrillernya. Sebuah kisah yang menarik, dan bagi saya, buku ini termasuk salah satu buku yang sayang untyuk dilewatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar