Selamat datang di blog Membaca Buku. Kali ini saya kembali kedatangan tamu. Mas Steven Sitongan, pemilik blog Haremi Book Corner yang beralamat di H23BC.com Mas Steven juga merupakan salah satu member BBI sempat mengenyam pendidikan kesarjanaan sains di Kota Pelajar dan kini kembali ke daerah asalnya Ambon.manise.
Mas Steven kali ini akan membahas tentang komik yang menceritakan kehidupan seputaran anak kos. Komik apakah? Mari kita ikuti
Akhir tahun kemarin saya menyempatkan diri untuk mencoba bacaan baru (sekaligus nostalgia) dengan komik seri 101 Cendana Media. Si komikus, Irvan berhasil menghibur dengan segala kekocakan dan keriuhandunia anak kost di "101 Lika-Liku Anak Kost".
Kejadian membeli produk-produk kreatif terbitan Jakarta ini ternyata lewat sebuah ketidaksengajaan. Jalannya panjang dan sedikit berliku-liku. Jika Anda mau membacanya sampai selesai, ijinkan saya untuk segera menyiapkannya. Jangan emosi dan segera ke toko buku sehabis menyimak tulisan ini. Sehabis
menjajal bacaan seru "Menjejal Jakarta <https://viriyaps.wordpress.com/2015/11/04/saatnya-menjejal-jakarta/>" yang baru dirilis kuartal akhir 2015, saya menyempatkan blogwalking di blog sang penulis Viriya Paramita Singgih. Keasyikan menjelajah tulisan ex jurnalis Geo Times sampai di sebuah artikel, saat Jawir-sapaan akrab penulis-dihadiahi komik opini "Hidup itu Indah" karya Aji Prasetyo. Dengan segenap perasaan rasa penasaran saya mencari jejak buku tersebut.
Sudah habis. Nampaknya terhitung laris. Singkat cerita saya sampai pada akun Twitter mas Aji, komikus cum aktivis asal ngalam. Di tahun kemarin blio menelurkan karya terbarunya yang bertajuk "Teroris Visual". Komik ini wajib dibaca pokoknya. Tidak sampai disitu, saya surfing hingga situs penerbitnya. Perjalanan semakin seru saat Cendana Media ternyata promo rabat 30% untuk komik-komik terbitannya. Tidak perlu saya sebutkan komik apa saja yang berhasil mengiris ATM dalam sekejap. Pokoknya Teroris Visual dan beberapa seri 101 yang mendarat dengan selamat di kota Ambon-yang pegang rekor MURI, pohon natal terbanyak itu-lantas saya baca di kala libur.
Ternyata terbitan Simon Chandra ini bagus-bagus dan berisi. Sayang saya kurang demen sama yang bertemakan pengangguran. Seri tentang kopi dan anak kost ini yang jempolan. Balik lagi ke buku Lika-Liku Anak Kost. Komik terbitan 2014 kemarin ini memang sesuatu. Benar kalimat yang tertera di blurb komik ini. Menjadi mahasiswa perantau dan tinggal di indekos yang jauh dari rumah adalah kenangan tak terlupakan. Di sini kehidupan anak rantau dihadirkan lewat tingkah-pola Mumut cs yang kocak.
Mengambil setting tempat di kota Surakarta. Ceritanya jadi MABA (mahasiswa baru) di UNS. Mulai dari komik strip pertama hingga terakhir, plustambahan yang dihadiahkan cuma-cuma oleh Irvan berhasil mengundang gelak tawa hingga merekahkan senyum simpul.
Dari pencarian kost hingga keseharian dengan teman-teman Mumut, semuanya merefleksikan kehidupan anak kost yang serba bersahaja. Kesepian tinggal di kamar sehingga butuh modem internet. Menunggu giliran mandi. Ngimpi makan enak tapi kenyataan makan di warung "sederhana". Becandaan di Hik/angkringan. Kerap ngumpet kalau datang tanggal bayaran. Euforia sesaat kala punya motor baru.
Bahkan horor di lingkungan indekos, hihihihihi.
Bajingan memang, kurang banyak isinya. Harusnya khusus tema ini, penerbitnya berbaik hati membuat judul 111 atau 1001 Lika-Liku Anak Kost.
Karya Irvan Tauramdhanny direkomendasikan untuk para alumni anak kost, calon penghuni kost, sampai pemilik indekos.
Baca deh, komik strip yang satu ini. 101 Lika-Liku Anak Kost dikarang dan digambar oleh Irvan Tauramdhanny. Cetakan pertama, Maret 2014. Diterbitkan oleh Cendana Art Media, Jakarta.
Pengalaman merantau sebagai anak kos memang nggak bakal terlupakan, bahkan sampai sekarang pun aku masih kos. Lucu adegan ditagih sama si mbah pemilik kos, lebih pintar si mbah nya.. ^^
BalasHapus