Judul: The Court of the Lion, Buku 1
Penulis: Eleanor Cooney dan Daniel Altieri
Penerjemah: Fahmy Yamani
Editor: Adi Toha
Penerbit: Serambi
Jumlah Halaman: 588
Cetakan: I, Februari 2012
ISBN: 9789790243798
Editor: Adi Toha
Penerbit: Serambi
Jumlah Halaman: 588
Cetakan: I, Februari 2012
ISBN: 9789790243798
Kaisar Minghuang, merupakan kaisar China yang melegenda di abad kedelapan. Kemakmuran negeri China berhasil beliau ciptakan, dan kesuksesan pemerintahan tercipta dengan kestabilan perekonomian dan meratanya hasil pertanian. Di saat yang sama permaisuri Putra Langit, permaisuri Wang yang belum melahirkan anak, merasa kedudukannya akan terancam. Berbekal jimat dari Ming Wu, wanita penganut nenek Taoisme hitam, sang permaisuri berusaha mendapatkan anak. Namun karena sikap kaisar Minghuang yang menolak akan adanya ajaran sihir, sang permaisuri harus mendapatkan hukuman tegas, dari sang Kaisar, diusir dari istana kekaisaran.
Hal ini menguntungkan bagi Putri Wu, salah satu selir utama kaisar, untuk mendapatkan pengaruhnya di kekaisaran. Namun tindakannya membunuh sang mahkota kekaisaran, justru menimbulkan tekanan jiwa buatnya. Meski hasil forensik menunjukkan sang pangeran bunuh diri, namun Putri Wu merasa ditemui oleh arwah putra mahkota yang dibunuhnya, dan merasa ketakutan, tertekan sampai dia ditahan di bagian khusus di istana.
Sedih dan trauma, karena kejadian-kejadian belakangan yang menimpa, kaisar Minghuang kehilangan selera hidup. Masa-masanya hanya dihabiskan di kamar tidur, bahkan kendali kekuasaanya terlantar. Kao Li Shih, yang merupakan kasim utama kaisar harus memeras otaknya agar kaisar memiliki semangat lagi. Namun di balik itu, perdana menteri Li Lin-fu yang licik, tak mampu baca tulis, namun memiliki kemampuan analisis yang hebat. Sehingga timbul persaingan antara Li lin-fu yang ingin terus memegang kekuasaan dengan Kao Li Shih yang terus memutar otaknya agar sang kaisar mau bangkit kembali.
Masing-masing pihak memiliki senjata rahasia masing-masing. Kao Li Shih dengan gadis jelitanya, Yang Kuei-fei, sedang Li Lin-fu dengan jenderal barbar dari Utara, An Lun-Shan.
Membaca the Coourt of the Lion merupakan tantangan tersendiri bagi saya, di mana ketebalannya termasuk di atas rata-rata buku yang umumnya saya baca. Namun saya pikir akan ada kisah yang selalu menarik di balik buku ber-genre historical fiction. Salah staunya di dalam buku ini. Kisah yang berlatar Kekaisaran China di abad kedelapan ini, mengisahkan intrik-intrik yang terus berkelibat, di balik kursi kekaisaran. Apalagi di sebuah kekaisaran termegah di dunia, China dengan bentangan wilayah yang sangat luas.
Hal ini menguntungkan bagi Putri Wu, salah satu selir utama kaisar, untuk mendapatkan pengaruhnya di kekaisaran. Namun tindakannya membunuh sang mahkota kekaisaran, justru menimbulkan tekanan jiwa buatnya. Meski hasil forensik menunjukkan sang pangeran bunuh diri, namun Putri Wu merasa ditemui oleh arwah putra mahkota yang dibunuhnya, dan merasa ketakutan, tertekan sampai dia ditahan di bagian khusus di istana.
Sedih dan trauma, karena kejadian-kejadian belakangan yang menimpa, kaisar Minghuang kehilangan selera hidup. Masa-masanya hanya dihabiskan di kamar tidur, bahkan kendali kekuasaanya terlantar. Kao Li Shih, yang merupakan kasim utama kaisar harus memeras otaknya agar kaisar memiliki semangat lagi. Namun di balik itu, perdana menteri Li Lin-fu yang licik, tak mampu baca tulis, namun memiliki kemampuan analisis yang hebat. Sehingga timbul persaingan antara Li lin-fu yang ingin terus memegang kekuasaan dengan Kao Li Shih yang terus memutar otaknya agar sang kaisar mau bangkit kembali.
Masing-masing pihak memiliki senjata rahasia masing-masing. Kao Li Shih dengan gadis jelitanya, Yang Kuei-fei, sedang Li Lin-fu dengan jenderal barbar dari Utara, An Lun-Shan.
Membaca the Coourt of the Lion merupakan tantangan tersendiri bagi saya, di mana ketebalannya termasuk di atas rata-rata buku yang umumnya saya baca. Namun saya pikir akan ada kisah yang selalu menarik di balik buku ber-genre historical fiction. Salah staunya di dalam buku ini. Kisah yang berlatar Kekaisaran China di abad kedelapan ini, mengisahkan intrik-intrik yang terus berkelibat, di balik kursi kekaisaran. Apalagi di sebuah kekaisaran termegah di dunia, China dengan bentangan wilayah yang sangat luas.
Kita tak akan menemukan adegan bak sinteon yang berlebihan, tapi kita akan surut ke dalam rentetan kata-kata yang dirangkai oleh penulis dengan lincahnya. Sayang, beberapa bagian masih terlalu mendetail sekali, tapi dengan kisah sejarah yang epik, ditambah dengan latar belakang cerita yang menarik untuk diikuti membuat buku ini termasuk buku yang recommended.