Judul: Gadis Pemberontak
Judul Asli: The Writing on My Forehead
Penulis: Nafisa Haji
Penerjemah: Alan Taufiq Hidayat
Penerbit: Literati
Jumlah Halaman: 410
Cetakan: I, Juli 2010
ISBN: 9786028740074
Penerbit: Literati
Jumlah Halaman: 410
Cetakan: I, Juli 2010
ISBN: 9786028740074
Saira Qader, anak seorang Indo-Pakistani yang tinggal di Amerika Serikat, hidup dengan keketatan aturan agamis yang dibawakan oleh ibunya. Namun sifat keras kepalanya juga rasa dibandingkan dengan Ameena, kakaknya yang lebih taat. Kunjungannya ke pernikahan sepupunya dari pihak keluarga ibunya di Pakistan, dimana ibunya dan sang kakak menolak untuk ikut hadir, ternyata membawa Saira pada jejak memilukan sejarah keluarga besarnya. Tak hanya dari pihak ibu, tetapi juga masa kelam keluarga dari pihak ayahnya, yang ia ketahui dari sepupunya, Mohsin ketika menjalani transit di London sebelum pulang ke Amerika, bersama sepasang saudara sepupunya.
Hidup dengan keterkejutan akan masa lalu keluarga besarnya, ditambah dengan tekad baru hasil 'indoktrinasi' Mohsin yang beridealisme perjuangan melawan liberalisme dan penjajahan, karakter pemberontak Saira semakin membesar. Ketika harus melakukan pentas drama di sekolah, dimana lakon yang dia perankan berlawanan dengan prinsip religiusitas ibunya, semenjak itu perlawanan terhadap ibunya semakin berkobar. Dengan hidup di negara besar, dimana nilai-nilai tradisional masih dipertahankan dalam keluarga, menjadikan Saira semakin hidup dalam kegamangan antara cita-cita, idealisme dan nilai-nilai hidup.
Momen gelap 9/11 dan kejadian sesudahnya semakin membuat kekacauan dalam hidup Saira. Bagaiamanakan dia menghadapinya? Gadis Pemberontak cukup menarik untuk dibaca.
Kisah tentang pergulatan batin dalam menatap hidup biasanya selalu menarik perhatian saya. Gejolak jiwa, apalagi di tengah pertentangan kebudayaan dan nilai, seolah-olah menggelitik pemikiran saya, apa sih yang ada dalam benak penulis ketika merangkai kata-katanya, apakah yang dia tulis merupakan cerita pengalaman hidupnya? Beberapa yang saya suka, seperti Divakaruni, kerap menulis benturan budaya dan nilai, antara barat dan timur, dengan bagus.
Saya bukan bermaksud membandingkan Divakaruni dengan Nafisa Haji. Hanya memang karakteristik tulisannya bisa dibilang mirip. Meski, saya juga menyukai tulisan Nafisa Haji dalam Gadis Pemberontak, maka 4 bintang di goodreads saya sampirkan untuk buku ini.
Yang saya suka dari buku ini adalah meski pandangan yang ditulis tidak sesuai dengan apa yang saya pahami, saya bisa tahu bagaimana pertentangan nilai dari dua kebudayaan yang berbeda dibuat menarik oleh penulis. Sebagai bentuk sastra saya mengapresiasi Gadis Pemberontak. Benturan latar belakang kehidupan seorang gadis, idealisme dari nilai-nilai keluarga, sejarah keturunan yang membentuk keluarga, dorongan sosial dari lingkungan menjadikan sosok Saira Qadeer di sini menjadi 'lengkap'. Tak hanya melihat dari satu sisi saja. Itu yang saya sukai dalam sebuah kisah pergulatan batin. Dan dari novel semacam inilah makna hidup saya semakin lebih kaya.
Dulu waktu SMA saya sering baca buku-buku gini, mulai dari Kite Runner sampai Maharani...
BalasHapusdan dari sinopsisnya kelihatan menarik, itu penerbit baru mas? (jarang lihat penerbit)
hmm...
BalasHapusmau komen apa ya? hehe
#kilasbukublogwalking
Aku punya temen keturunan Pakistan, namanya juga Saira...kayaknya itu naman umum di sana ya? Buku2 pergulatan batin dan benturan budaya gini emang seru sih..
BalasHapusWow, judul versi terjemahan jadi beda banget ya? Tapi kayaknya tetep mencerminkan isi bukunya sih.
BalasHapusWah jadi pengen baca. Aku suka genre dna topik yg diangkat
BalasHapusWah jadi pengen baca, aku suka kisah yang diangkat >.< Ini penerbitnya apa mas???
BalasHapus*garuk pala* Ini apa efek baca reviewnya udah jam 2 malam ya? Kok aku gak mudeng sama reviewmu, Mas?
BalasHapusJadi ada apa di masa lalu keluarganya Saira? Dan doktrinnya apa? Huaaaa kurang panjang reviewnya #protes :))
nah kayaknya ini pergejolakan batin antara mau ikut Pakistan atau Amerika ya ? Kayaknya rame
BalasHapus