Judul: Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta
Penulis: Tasaro GK
Penerbit: Qanita
Cetakan: I, 2013
Jumlah Halaman: 264
ISBN: 9786029225884
Awalnya saya mengira buku ini adalah sebuah novel. Ternyata, setelah melirik isinya buku ini adalah kumpulan cerpen dan novelet. Ada 9 cerita di sini. Semuanya berkisah tentang kehidupan. Dan orang-orang yang menjalani.
Tasaro bagi saya berhasil membuat cerita-cerita yang mengesankan. Dalam cerita Puisi, kita akan mendapatkan sebuah perenungan tentang perjuangan cinta. Atau sebuah kerinduan mendalam?Awalnya saya merasa cerita ini datar-datar saja tetapi ketika cerita sudah mulai saya tangkap isinya, saya merasa cerita pertama ini menjanjikan sebuah kumpulan cerita yang menakjubkan pada bagian bagian selanjutnya. Dan ya, saya suka cerita ini.
Roman Psikopat, dari judulnya saja sudah bakal ketebak, kisha tentang apa yang ditulis oleh Tasaro. Sangat disayangkan memang tapi sebenarnya ceritanya meskipun kurang semenarik cerita pertama, bagi saya, memberikan sebuah selingan cerita yang mendebarkan.
Dan jangan anggap Tasaro hanya menulis kisah tentang romans di buku ini sebelum membaca cerita Galeri. Saya tak bisa cerita banyak tentang cerita ini karena bisa menyebarkan jalannya cerita tapi di ending cerita saya masih bisa dibuat tersentak :)
Realitas kehidupan dikisahkan dengan sangat baik, lagi-lagi mneurut saya, dalam kisah Bukan Malaikat Rehat. Idealisme hidup? Realistis dalam hidup? Ah, cerita ini memang mengisahkannya, tapi dengan cara Tasaro sendiri yang mungkin tak serupa dengan gaya penulis lain.
Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta merupakan kisha terpanjang dalam buku ini. Sebuah pemahaman akan cinta, yang mungkin tak ideal, namun menggambarkan Tasaro mampu membuat cerita yang meski panjang tak bertele-tele.
Tuhan Nggak Pernah Iseng, siapa sangka ceritanya ber-ending seperti yang ditulis oleh Tasaro. Tapi rasanya bukan akhir ceritanya tetapi Tasaro memberikan sebuah pemahaman, akan penegertian, akan kepedulian, dan tak mudah menilai orang.
Separuh Mati, bagi saya adalah kisah terabsurb. Tapi tentu saja masih bisa dinikmati. Apa adanya, tanpa perlu memeras otak menerkan maksud penulis.
Seseorang yang Tasaro tulis dalam Atarih mungkin semua orang mengenalnya. Bagi pembaca Indonesia, mungkin tahu apa yang dimaksud Tasaro dengan kasus Atarih. Terlepas kontroversinya, Atarih memberikan pengetahuan yang lebih kaya tentang sosok yang dimaksud oleh Tasaro.
Sebagai penutup, Kagem Ibuk, adalah bagian yang snagat menyentuh. Cantik dan memberikan jejak yang manis, meskipun nilainya sudah terlalu sering oleh banyak penulis, dan mungkin dari judulnya sudah bisa direka nilai yang dimaksud. Tapi dengan caranya Tasaro, bagi saya berhasil, dalam karyanya itu.
Buku ini dilengkapi ilustrasi lukisan karya Dredha Gora Hadiwijaya. Sayang, saya tak begitu bisa mengamati dunia seni lukis. Terlepas dari gambarnya yang cukup absurb, namun buku ini menjadi lebih inspiratif dengan karya-karya tersebut. Sebuah buku yang mengesankan, apa adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar