Selasa, 25 November 2014

The Name of the Rose

Judul: The Nama of the Rose
Penulis: Umberto Eco
Penerjemah: Nin Bakdi Soemanto
Penerbit: Bentang Pustaka
Jumlah Halaman: 624
Cetakan: I, Maret 2008
ISBN: 9789791227001

Apa yang Anda harapkam dalam sebuah kisah novel? Kisah mendayu-dayu? Kisah menegangkan? Atau kisah menakutkan? Semua wajar saja, dan memang untuk itu buku ditulis. Tapi bagaimana kalau ada buku yang isinya justru bisa menimbulkan kejahatan bahkan di tengah kesucian?

The Name of the Rose, merupakan salah satu mahakarya yang memang bagi sebagian besar pembaca, akan menyebut sebagai karya yang memusingkan. Umberto Eco, yang merupakan guru besar semiotika di Universitas Torino, mencipatakan karya yang menantang pembacanya untuk memahami karya-karyanya yang kaya akan struktur-struktur yang rumit, dan tak lepas dari kerangka sejarah, logika, serta kehidupan di masa pertengahan.

William, dari Baskerville, mendapatkan misi menyelesaikan misteri pembunuhan beruntun yang terjadi di sebuah biara ordo Benediktin. Bersama muridnya, Adso dari Melk, William harus memecahkan misteri yang secara tak langsung menyeret mereka akan misteri sebuah perpustakaan agung. Penyelurusuran ke dalam perpustakaan biara sendiri, bakal memegang kunci ke misteri pembunuhan beruntun tersebut, pembunuhan yang berasal dari kesalehan.

Menghabiskan the Name of the Rose, memang perlu kesabaran. Apalagi saya sadar ketika pengetahuan saya tentang Eropa masa pertengahan masih nol. Ditambah kekayaan buku ini memnag nggak main-main. Makanya saya hanya bisa membatin, buku semacam ini, hanya bisa dibaca di tengah waktu santai, dan tak dihantui oleh pekerjaan. Tapi misteri yang disajikan memang epik, luar biasa. Meski berbungkuskan berbagai lapisan ilmu, sehingga membedakan buku ini dengan novel-novel misteri karya Agatha Christie atau  Arthur Conan Doyle. Dan ya, saya bacanya kadang harus mengulang-ulang. Bosan kadang-kadang, begitu menghadapi perdebatan-perdebatan ala biarawan-biarawan tapi sedikit banyak mampu membuat pikiran ikut bergerak. 

Meski demikian, the Name of the Rose, memiliki kekayaan dalam isinya. Setimpal dengan kesabaran dan waktu yang dibutuhkan untuk membacanya. Sebuah buku yang menakjubkan, apa adanya.

Kamis, 20 November 2014

Wishlist Secret Santa 2014

Akhirnya, event akhir tahun seru-seruan muncul lagi buat BBIers, Secret Santa. Event dimana tiap peserta yang ikut mengirimkan buku impian pada anggota yang lain yang diundi oleh teman-teman divisi event dan yang dikirimkan harus menebak, siapakah pengirimnya berdasarkan riddle yang dikirimkan bersamaan. Tentu saja buku yang dikirimkan ada ketentuannya. Yang jelas harus berupa wishlist dari yang bersangkutan.

Untuk event secret santa kali ini, saya memilih buku-buku berikut sebagai wishlist saya yang bisa dipilih oleh Santa saya yang baik hati, yaitu:
Dona Flor dan Kedua Suaminya
bisa dibeli di sini

Penghancuran Buku dari Masa ke Masa
bisa dibeli di toko buku2 yang disebutkan di http://www.marjinkiri.com/pages/distro.htm

The Darkest Mind
bisa dibeli di sini

Sorgum Merah
bisa dibeli di sini

The Silkworm
bisa dibeli di sini

Pembunuhan di Sungai Nil
bisa dibeli di sini

Bulan Terbelah di Langit Eropa
bisa dibeli di sini

Wool
bisa dibeli di sini

Nggak terlalu susah kan Santa, :). Tapi update bisa bertambah sih, sampai batas waktu 22 November 2014. O ya, semua edisi bahasa Indonesia ya, santa. Tapi kalau mau dibeli sekarang gak papa ko, hehehe. So, terima kasih banyak ya santa.

Bersimbah Darah dan Cahaya Bintang

Judul: Bersimbah Darah dan Cahaya Bintang
Judul Asli: Days of Blood and Starlight
Penulis: Laini Taylor
Penerjemah: Primadonna Angela
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, 2014
Jumlah halaman: 608
ISBN: 9786020306834

Brimstone telah tewas. Guru dari Karou, yang baru menyadari jati diri aslinya, sebagai chimaera ini mewariskan pekerjaan yang sulit untuk Karou, yaitu untuk membangkitkan kembali chimaera-chimaera yang telah tewas. Dan memang, pertempuran antara bangsa seraphim dan chimaera sepertinya akan merujuk pada pertempuran akhir, di mana keinginan Karou dan Akiva untuk bisa membuat keadaan yang menguntungkan bagi dua dunia menjadi semakin sulit.


Sudah agak lama, saya baca Dari Asap dan Tulang, sehingga ketika membaca buku ini, saya sudah hampir lupa sehingga agak bingung-bingung di awal. Baru menginjak halaman pertengahan saya baru bisa mengingat meski tak sepenuhnya bisa beneran mengingat. Dan ya, ini yang menjadi penilaian saya berkurang untuk buku edisi kedua ini. Meski ceritanya memang tetap keren, sekeren buku pertama.

Kemampuan Laini Taylor untuk membuat karya yang menarik, membuat buku ini memang layak mendapat rerataan rating yang tinggi, di goodreads. Ceritanya sekarang bukan lagi siapa lakon siapa musuh tapi kelihatan memang, semakin jelas, apa yang harus dicapai oleh Karou dan Akiva.

Asyiknya, buku ini ditutupi kisah yang sangat ditunggu-tunggu, dan sayang kalau edisi terjemahannya, lama untuk diterbitkan.