Judul: The Queen of the South
Penulis: Arturo Pérez-Reverte
Penerjemah: Fahmy Yamani
Editor: Anton Kurnia
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Jumlah Halaman: 656
Jumlah Halaman: 656
Cetakan: I, Desember 2012
ISBN: 9789790243941
Brilian, itu kata yang saya pikirkan begitu membalik halaman terakhir buku ini. Nama Arturo Pérez-Reverte, mungkin jarang didengar bagi pembaca Indonesia. Tapi eksistensi penulis non Amerika, Inggris, Perancis dan Jepang yang selama ini jarang dilirik penerbit di Indonesia harusnya sudah mulai diekspos, apalagi tulisan-tulisan mereka pun luar biasa. Salah satunya ada pada diri Pérez-Reverte, beruntung ada penerbit yang menerbitkan salah stau karya beliau.
Teresa Mendoza, awalnya hanya ketiban nasib menjadi kekasih Guero Davila. Seorang pilot sewaan yang dia tahu, kerap bertugas menerbangkan paket narkotika dalam sebuah persaingan antar kartel di wilayah Meksiko. Namun sebuah telepon pemberian Guero, yang hanya berbunyi di saat Guero tewas, merubah nasib Teresa selama-lamanya. Dengan tewasnya Guero, nasib Teresa terombang-ambing tak jelas, diantara incaran para mafia narkoba, dan ketidaktahuannya tentang keseluruhan hidup sang kekasih. Dia hanya berharap dari don Epifanio Vargas, "ayah angkat" Teresa dan Guero, untuk mendapatkan keselamatan. Dengan bantuan Don Epifanio, Teresa akhirnya menyebrang jauh ke Spanyol.
Mengijak tanah Spanyol, tanpa perbekalan yang cukup dan kenalan, Teresa bertemu dengan Santiago Visterra, ketika insting Teresa membuat dia terdampar di negeri Maroko. Pertemuan yang acap terjadi dengan Sebastian, membuat Teresa mengikutinya, dimana Sebastian sendiri berkiprah sebagai kurir narkoba di daerah Spanyol Selatan, seperti Guero, hanya saja Sebastia menggunakna perahu.
Sedikit demi sedikit, Teresa semakin terlibat ke dalam dunia gelap, dunia narkoba. Apalagi ketika dia bertemu Patricia O'Farrell di penjara. Kedekatan mereka, menjadikan mereka sebagai salah satu perserikatan penyelundup narkoba terbesar di Spanyol, namun di balik itu ancaman datang dari Meksiko untuk Teresa, untuk menyingkirkan dia selama-lamanya.
Jarang sekali buku dari penulis latin diterjemahkan oleh penerbit Indonesia. Kekurangpopuleran mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Padahal seperti Indonesia, negara-negara latin memiliki banyak penulis handal. Kalau sebelumnya saya pernah terpukau oleh Isabel Allende dari Amerika Latin, kali ini saya bisa terpesona oleh Arturo Pérez-Reverte dari negara latin di Eropa, Spanyol. Novelis favorit Raul Gonzalez ini seperti mendobrak popularitas penulis dari negara-negara maju, tulisannya detail, isinya menarik, dan menurut saya bagus sekali.
Pilihan untuk tidak menerjemahkan beberapa ungkapan bahasa Spanyol memang agak merepotkan tetapi dengan demikian rasa latino-nya terjaga.
Mengijak tanah Spanyol, tanpa perbekalan yang cukup dan kenalan, Teresa bertemu dengan Santiago Visterra, ketika insting Teresa membuat dia terdampar di negeri Maroko. Pertemuan yang acap terjadi dengan Sebastian, membuat Teresa mengikutinya, dimana Sebastian sendiri berkiprah sebagai kurir narkoba di daerah Spanyol Selatan, seperti Guero, hanya saja Sebastia menggunakna perahu.
Sedikit demi sedikit, Teresa semakin terlibat ke dalam dunia gelap, dunia narkoba. Apalagi ketika dia bertemu Patricia O'Farrell di penjara. Kedekatan mereka, menjadikan mereka sebagai salah satu perserikatan penyelundup narkoba terbesar di Spanyol, namun di balik itu ancaman datang dari Meksiko untuk Teresa, untuk menyingkirkan dia selama-lamanya.
Semua orang memiliki cara sendiri untuk melihat sesuatu. Kita semua ingin hidup lebih baik daripada yang dijalani sekarang ini .... Masalahnya, beberapa orang memiliki batasan dan lainnya tidak. [halaman 387]Selain kejaran dari orang-orang terdahulu yang pernah terlibat dengannya di Meksiko, Teresa yang sudah menjelma menjadi Ratu Selatan pun harus berusaha melepaskan diri dari jeratan hukum, tentu saja dengan segala sumber dana yang dia miliki. Namun semua tak semulus apa yang diharapkan, intrik dan kelicikan bicara di sini....
Jarang sekali buku dari penulis latin diterjemahkan oleh penerbit Indonesia. Kekurangpopuleran mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Padahal seperti Indonesia, negara-negara latin memiliki banyak penulis handal. Kalau sebelumnya saya pernah terpukau oleh Isabel Allende dari Amerika Latin, kali ini saya bisa terpesona oleh Arturo Pérez-Reverte dari negara latin di Eropa, Spanyol. Novelis favorit Raul Gonzalez ini seperti mendobrak popularitas penulis dari negara-negara maju, tulisannya detail, isinya menarik, dan menurut saya bagus sekali.
Pilihan untuk tidak menerjemahkan beberapa ungkapan bahasa Spanyol memang agak merepotkan tetapi dengan demikian rasa latino-nya terjaga.
Dia menemukan kelebihan dari buku adalah kita bisa menyesuaikan kehidupan, cerita, dan pemikiran di dalamnya dan kita tidak pernah menjadi orang yang sama saat menutupnya sebagaimana saat membukanya untuk pertama kali [halaman 393]Apa yang Pérez-Reverte tuliskan di atas, rasanya sesuai dengan karakteristik buku ini. Dengan membaca buku ini, saya jadi lebih merasakan bahwa hidup seorang kriminalis pun tak sehitam apa yang dirasakan. Tetap ada sisi kebaikan, dan juga latar belakang yang membuat seseorang memiliki niat untuk melakukan tindak kriminal, meskipun tetap sebuah perbuatan jahat adalah kesalahan. Dan kutipan di atas, tetaplah memotivasi semua pecinta buku untuk tetap meengambil manfaat dari buku apa pun yang dia baca.