Judul: Maharani
Penulis: Pearl S. Buck
Penerjemah: Lily Wibisono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 632
ISBN: 9792228195
Tzu Hsi, mula-mula hanyalah selir dari kaisar China Hsien Feng. Namun, berkat kecantikan dan kecerdikannya, serta kerjasamanya dengan kasim-kasim istana, membawa dia ke kekuasaan tertinggi Putra Naga, sebagai permaisuri. Demi keinginan, untuk membawa putranya menjadi kaisar, ia menghadapi berbagai intrik kekuasaan untuk saling memperebutkan tahta kekaisaran, juga berbagai kejadian yang menyerang China, pemberontakan dan juga perilaku orang barat yang tidak dapat diterima dengan baik oleh rakyat China.
Maharani, menceritakan sosok nyata Tzu Hsi, dari semenjak menjadi selir, kemudian menjadi permaisuri, sampai menjadi ibu suri. Kisah nyata yang dibuat dalam rangkaian fiksi oleh Pearl S. Buck, peraih nobel sastra tahun 1938. Diceritakan dengan gaya yang indah, kisah Maharani menjadi pelajaran sejarah berarti bagi manusia di saat sekarang, bagaimana kekuasaan akan menggelapkan mata, tak pandang saudara, teman ataupun musuh, yang ada hanyalah kepentingan abadi semata.
Sayang, saya tidak mendapatkan keindahan kata-kata di buku ini. Untuk jalan ceritanya, sendiri agak cepat, dan runtutan ceritanya enak diakuti. Namun gaya bahasa yang dipakai Buck tidak berbeda dengan penulis yang lain. Serasa ada kehilangan, kalau melihat sosok Buck sebagai penulis nobel. Meski demikian, buku ini masih menarik untuk dibaca, meski memiliki ketebalan yang lumayan, 632 halaman.
Penerjemahannya pun enak dinikmati. Saya tak tahu, nama asli dari tokoh yang diangkat oleh Buck, tapi kesulitan menghafal nama yang seperti saya alami membava buku berlatar asia timur tak saya dapaykan di buku ini.
--------------------------------
Pearl Sydenstricker Buck adalah penulis yang lebih sering menuliskan tentang China, meski lahir di Amerika, pada 26 Juni 1892. Sebagian besar masa hidupnya, dihabiskan di negara China, maka tak heran kebanyakan novel yang beliau tulis berlatar belakang China. Beliau meninggal 6 Maret 1973 pada umur 80 tahun.
Sayang, saya tidak mendapatkan keindahan kata-kata di buku ini. Untuk jalan ceritanya, sendiri agak cepat, dan runtutan ceritanya enak diakuti. Namun gaya bahasa yang dipakai Buck tidak berbeda dengan penulis yang lain. Serasa ada kehilangan, kalau melihat sosok Buck sebagai penulis nobel. Meski demikian, buku ini masih menarik untuk dibaca, meski memiliki ketebalan yang lumayan, 632 halaman.
Penerjemahannya pun enak dinikmati. Saya tak tahu, nama asli dari tokoh yang diangkat oleh Buck, tapi kesulitan menghafal nama yang seperti saya alami membava buku berlatar asia timur tak saya dapaykan di buku ini.
--------------------------------
Sumber Foto: Wikipedia Indonesia |