Judul Istanbul: Kenangan Sebuah Kota
Penulis: Orhan Pamuk
Penerjemah: Rahmani Astuti
Penerbit: Serambi
Jumlah Halaman: 556
ISBN: 9789791275569
Jadi, perhatikan baik-baik, pembaca yang terhormat. Izinkan saya berterus terang kepada Anda dan sebagai balasannya, izinkan saya memohon simpati Anda. (halaman 10)
Orhan Pamuk, novelis Turki, peraih nobel sastra 2006 kali ini membuat karya tentang Istanbul, kota yang ditinggalinya, beserta memoar hidupnya selama tinggal di Istanbul. Di buku ini, kita akan mendapatkan segala sesuatu pandangan hidup Pamuk, dari keluarganya, masa kecilnya, sampai memutuskan untuk hidup sebagai penulis, kisah keluarganya, kisah cinta awalnya, dan Istanbul.
Istanbul, kota yang selama ini berkesan indah, ternyata menurut Pamuk, merupakan kota yang berkesan murung (huzun). Sejaumana kemurungan yang didapatkan Pamuk di kotanya ini, akan menarik kalau menyimak langsung paparan beliau di buku ini.
Sejauh yang saya tangkap, nuansa muram buku ini memang terasa sekali. Bagaimana penduduk Istanbul hidup dalam fenomena terakhir kekaisaran Usmani, hidup dengan dua peradaban, barat dan timur, serta bagaimana hidup orang kaya-orang kaya baru, hubungan antar anggota keluarga yang kerapkali muncul konflik yang ada dan kita dapatkan, sampai musibah yang kerap terjadi, hanya kesan muram yang didapat. Tapi di sinilah kekuatan Pamuk merangkai kata, kemuaraman digambarkan dengan sangat baik.
Saya mulai mengerti bahwa tempat yang mereka namai sekolah itu tidak memiliki peran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai kehidupan yang paling dalam; sebaliknya, fungsi utama dari sekolah adalah untuk menyiapkan kami menghadapi "kehidupan nyata" dengan segala kebrutalan politisnya. (halaman 187)
Indahnya Pamuk menulis memori tentang Istanbul ini, disertai berbagai analisis tentang karya penulis terkenal lainnya, terutama yang ssudah menginjakkan kakinya di kota Istanbul. Ditambah serpihan-serpihan renungan sejarah tentang Istanbul, dan foto-foto yang ditampilkan dalam buku ini (saya menyukai foto-fotonya, eksotik!), buku ini patut diacungi jempol
Kemahiran Pamuk dalam merangkai kata, memang tak perlu diragukan lagi. Meski bahasa yang dipakai termasuk berat, saya memahaminya sebagai eksotika gaya penulisan Pamuk. Tak mudah memang dipahami, tapi bila kita renungi, nilainya termasuk luar biasa.
Mulai sekarang, setelah membaca review mas Tezar dan Suhu Tanzil, saya ngak akan ragu2 lagi membeli (eh menimbun) buku-buku O.Pamuk.
BalasHapushehehe, baca aja kang, siapa tahu jadi tambahan ilmu dalam mengedit/menulis
HapusBerbeda dari komen Dion, aku ngga mau nimbun bukunya Pamuk. Pasti bakal cuma berakhir ditimbunan doang. Berat di ongkos, berat bukunya, berat juga bahasanya #tendangsampeIstanbul :)
BalasHapusya nggak usah ditimbun la, dibagiin juga gak apa-apa ko :P
Hapuskayaknya IStanbul dan Snow mo saya baca, tapi sebagai pinjeman aja deh X))
BalasHapusaku aja pinjem nih kak :(
HapusSekali lagi bertemu dengan karya Orhan Pamuk, antara penasaran, pengen tahu, jadi kapan sempat baca buku-bukunya ya, ada yang bisa dipinjam ?? *salah-fokus* --- supaya tidak jadi penimbun melulu seperti Dion haha
BalasHapushahaha, aku juga minjem ini buku mbak
Hapus