Selasa, 15 Januari 2013

Delirium

Judul: Delirium
Penulis: Lauren Oliver
Penerjemah: Vici Alfanani Purnomo
Penerbit: Mizan Fantasy
Jumlah Halaman: 518
ISBN: 9789794336465

Cinta bisa membunuhmu,
Karena itu cinta harus dihalangi
Tapi cinta bisa membuatmu bahagia,

Magdalena Haloway, cuma sekedar gadis remaja biasa di Amerika yang saat itu tak biasa. Amerika dimana cinta, atau Amor deliria nervosa, dilarang, dan setiap warga negaranya harus "disembuhkan". Setiap warga negara di usia itu harus mengalami penyembuhan, dimana rasa cinta akan dihilangkan dalam sebuah meja operasi. Siapa pun itu. Karena cinta dilarang, dan jam malam dilakukan. Lena, seperti gadis-gadis lainnya menjelang penyembuhan harus melaksanakan ujian, guna menentukan sejauhmana pemerintah mengetahui kepatuhan warganya, juga untuk menentukan siapa pasangan hidunya kelak. Di sanalah, ia bertemu dengan Alex Sheates untuk pertama kalinya.

Awalnya, Lena hanyalah gadis yang setuju dengan bagaimana konsep pelarangan cinta oleh negara ini. Bertentangan dengan sahabat dekatnya, Hana, yang lebih bersikap menolak, meskipun tak dapat melawan. Diperkenalkan secara tidak langsung oleh Hana dalam sebuah pesta musik yang sebenarnya melanggar aturan, serta pertemuan susulannya dengan Alex, menyebabkan ia menderia penyakit cinta. Dari sinilah sisi pemberontakan Lena dimulai.


Sayang, saya merasakan kisah Delirium kurang begitu kuat, untuk acuan dystopian. Pelarangan cinta, mungkin berlaku juga di kisah-kisah romace, tapi saya tergerak untuk menunggu bagaimana pemberontakan dalam kisah dystopia, yang kemungkinan besar baru bisa saya dinikmati di sekuel Delirium, Pandemonium. Juga berpanjang-panjang isi buku, namun saya merasakannya sebagai cara dari Oliver untuk mendeksripsikan kisah Delirium, sebelum masuk ke masa-masa cerita yang menegangkan, dan itu yang saya belum dapat di buku Delirium ini. Memang ketegangan baru saya dapatkan di bagian akhir Delirium, tapi itu harus membuat saya menunggu ke Pandemonium.

Terlepas dari Delirium yang menurut saya kurang menakjubkan, ada potensi yang bisa selalu ditunggu dari kisah Dystopia, yaitu bagaimana pemberontakan dari orang-orang yang tak setuju mengenai konsep pengekangan yang dilakukan oleh pemerintah, dna juga kisah di sebalik pemberontakan itu. Itu yang saya rasa menjanjikan dari trilogy Delirium.

4 komentar:

  1. Jujur sih buku ini termasuk dalam daftar gagal finish saya :p
    Setujuuu, dunia dystopiannya kurang terbangun.
    Banyak hal2 yg diceritakan dalam buku ini terlalu biasa dan sebenernya bisa aja terjadi di dunia biasa, ga terlalu membutuhkan setting dunia dystopian yang tanpa cinta.
    Karena alasan ini makanya saya gagal finish hihi :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. mesti nunggu Pandemonium untuk baa serunay sih, tapi kalau lihat dari review yang udah baca Pandemonium, kayaknya memang layak untuk ditunggu

      Hapus
  2. gyahahaha, kalo ak cocok banget sama buku ini, mas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nih, mungkin di buku kedua bakal lebih cocok

      Hapus