Judul: Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa
Penulis: Maggie Tiojakin
Editor: Mirna Yuliastanti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Juli 2013
Jumlah Halaman: 241
ISBN: 9789792296167
Awalnya agak takut dengan tantangan membaca buku yang terang-terangan mengangkat judul absurb. Padahal beberapa kali saya kecewa dengan keabsurban cerita dalam buku yang tak mengangkat judul absurb tetapi ceritanya bnar-benar absurb. Saya tak alergi dengan kisah absurb kalau saja keabsurban ceritanya tak membuat saya pusing tujuh keliling. Ditambah gambar yang benar-benar absurb (tapi keren) seperti membuat saya terasa berada di dunia lain, baru saja melihat judul dan desainnya.
Tapi membalik halaman demi halaman, saya terkesiap dengan isi-isinya yang absurb. Absurb tapi menyenangkan. Ada beberapa cerita yang saya suka, seperti Tak Ada Badai di Taman Eden; Fatima; Dia, Pemberani; Suatu Saat Kita Ingat Hari Ini; dan Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa. Semua cerita tersebut dengan kata-kata absurb tapi tak bikin pusing kepala ini memiliki karakter cerita yang membuatnya menjadi absurb yang menarik, tak sekedar menarik.
Tak Ada Badai di Taman Eden membuka kumpulan cerita dalam buku ini dengan sebuah kisah suami istri Barney dan Arnouk. Meski absurbnya sudah terasa di permulaan, tapi ringannya cerita Barney dan Arnouk ini sangat cantik untuk mengantar saya ke kisah-kisah berikutnya yang lebih absurb. Fatima, err, saya harus bilang saya suka sekali cerita ini dengan efek yang dibuat oleh mbak Maggie dalam cerita yang satu ini. Dia, Pemberani bagi saya dengan absurbnya bisa mengantarkan idealisme tokohnya (Masai) yang selama ini tak pernah kita pedulikan: "Merayakan Hidup". Saya suka dengan kutipan yang dilontar dari Masai pada cerita ini: "Jadi, pada intinya, aku tidak mencoba untuk mati. Aku justru merayakan hidup." (halaman 145)
Suatu Saat Aku Ingat Hari Ini, membuat saya merasa bahwa kisah absurb pun tak pernah benar-benar lepas dari keseharian hidup yang kita alami. Kisah seorang mahasiswi penggemar game, berhasil diolah Maggie dengan kepandaian menyusun kata sampai ke jenis permainan game-nya tersebut. Dan tentu saja lingkup keluarga Salina yang diangkat dalam kisah ini seolah sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Absurb tak mesti asing.
Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa, secara luar biasa sudah diilustrasikan dengan baik, oleh Staven Andersen, sang ilustrastor cover, dalam 'keramaian sampulnya'. Tapi tentu saja kita tidak boleh melupakan apalagi meninggalkan apa yang sudah ditulis oleh Maggie sehingga cerita tersebut dijadikan judul utama dalam buku ini. Sebuah kisah absurb yang membuat saya terheran-heran tapi takjub.
Meski sudah diabsub-kan oleh Maggie bersama buku ini, pikiran saya terasa terbang bebeas berkelana, sampai ke luar angkasa dengan keabsurbannya.
Sudah lama incar buku ini >.< Jadi semakin penasaran deh u.u
BalasHapuskayaknya sejak baca winter dreams aku jg suka dengan ide-ide maggie, jd yakin bgt pasti suka juga sama buku ini...btw mastez mksdnya absurb itu apa? apa mksd mastez absurd kali ya?
BalasHapus