Kamis, 29 Agustus 2013

Gelang Giok Naga

Judul: Gelang Giok Naga
Penulis: Leny Helena
Editor: M. Irfan Hidayatullah
Penerbit: Qanita
Jumlah halaman: 316
Cetakan: I, November 2006
ISBN: 9793269510


Yang Kuei Fei, seorang selir kesayangan kaisar china di tahun 1723, Jhia Si, melarikan diri dari istana, ketika mendapatkan bahwa kaisar tewas, bersama Kasim Fu. Kaburnya dia disebabkan intrik yang terjadi di istana, padahal ia sedang mengandung putri tunggal kaisar. Melarikannya diri Yang Kue Fei, membawa gelang giok naga yang diwariskan turun temurun ke anak putri.

Dan kisah pun menginjak pada abad ke-20. Di mana pola cerita bertanjak pada dua wanita china, A Lin dan A Sui, di mana mereke berlayar dari negeri China ke pulau Jawa berkait dengan nasib yang memaksa mereka harus berpindah lokasi hidup, dan mengarungi hidup baru di tanah Jawa, dengan berbagai kesukaran dan halangan.

Takdir membuat A Lin dan A Sui menjadi pasangan besan, meski di antara mereka terdapat rasa benci. Apalagi ketika A Sui harus menggadaikan gelang giok naga yang menjadi warisan turun temurun. Meski saling membenci, mereka mencintai cucu yang sama, Swanlin, yang menjadi sentral cerita pada separuh bagian akhir kisah dalam buku ini.

Usia Swanlin beranjak dewasa pada saat di mana etnis keturunan China di Indonesia menjadi manusia yang dering mendapat perlakuan rasialis dari orang-orang sekitarnya, bahkan mengalami masa-masa genting di mana kejatuhan orde baru melahirkan masa-masa mencekam bagi masyarakat keturunan China, justru pada saat itu lah Swanlin berusaha untuk mendekatkan diri kepada teman-temannya yang berasal dari berbagai suku ras.


Apresiasi saya berikan untuk novel, yang diangkat dari lomba cerita bersambung salah satu majalah wanita di Indonesia ini. Covernya keren, saya suka. Tema yang diangkat pun cukup menarik, ditambah eksekusinya yang apik, membuat novel ini sangat sayang untuk dilewatkan. Meski merupakan novel pertama, sang penulis tak seperti menulis seperti penulis pemula, meski di beberapa bagian novel, masih ditemui satu dua cerita yang membuat kening berkerut, seperti ketika digunakannya bahasa asing dalam buku ini.

Meski ide ceritanya tidak orisinil, saya cukup terkesan dengan cerita yang diangkat penulis. Meski demikian, saya merasa faktor Gelang Giok Naganya kurang diangkat lebih banyak, sebuah perjalanan hidup interaksi dalam kebangsaan Indonesia sangat menarik untuk bisa dicermati dalam kisah Gelang giok Naga. Sisi lain kehidupan warga keturunan China yang diangkat dalam buku ini membukakan mata, masalah-masalah yang dialami oleh bagian hidup bangsa Indonesia ini, utamanya ketika gejolak keruntuhan orde baru melekat.

2 komentar:

  1. wuaaah keren, tema etnis china selalu menarik...ngingetin sama latar belakang keluargaku :) ini menang lomba majalah apa zar? femina ya?

    BalasHapus
  2. jauh juga rentangnya dari abad 18 ke abad 21 ya mas, hehehe..
    mantap reviewnya ni mas

    BalasHapus