Judul: Eendaagsche Exprestreinen
Penulis: Risdianto, Yusi Avianto Pareanom
Gambar: Bondan Winarno, Dhian Prasetya, Gede Juliantara
Penerbit: Banana
Cetakan: I, 2009
Jumlah Halaman: 62
ISBN: 9791079021
Batavia 1930, Seta, Johan dan A Xiu berkenalan di perjalanan kereta menuju Surabaya dengan menggunakan kereta. Tiga anak dari suku bangsa yang berbeda, Seta berasal dari Jawa, Johan keturunan Belanda, sedangkan A Xiu berasal dari warga keturunan China, tetiba harus menyelidiki kasus dicurinya kotak harta milik ayah A Xiu. Berbekal semangat kerjasama, ditambah bantuan kondektur kereta, mereka berkeliling dalam kereta untuk menyelidiki kelompok penjambret yang diduga mencuri kotak harta tersebut.
Sebagai novel grafis untuk bacaan anak-anak, buku ini sudah memadai. Tapi bagi pembaca di kalangan dewasa, rasanya buku ini masih kurang. Dari segi illustrasinya, saya berani angkat jempol. Meski tak ada penggambaran yang khas, tapi sudah sangat layak untuk disebut sebagai novel grafis, apalagi dari daftar illustratornya diketahui ada 3 orang. Tapi jalan ceritanya, terlihat terpotong-potong atau antar panel gambarnya serasa ada yang hilang. Ceritanya sendiri terlalu sederhana menurut saya dan sayangnya meski menggunakan judul eendaagsche exprestreinen (kereta ekspres siang), unsur keretanya kurang banyak diceritakan (kecewa sebagai fans kereta, hihihi).
Penggabungan 3 anak yang berasal dari suku berbeda, merupakan sebuah contoh cerita yang baik akan multikulturalisme, dan sebagaimana kisah anak-anak diceritakan bahwa yang baiklah yang akan menang. Dan sebagai novel grafis semata, mungkin buku ini hanya numpang sekali baca saja. Tetapi sebagai konsep buku yang berusaha mengangkat citarasa komik Indonesia dan nilai sejarah yang diangkat (terlepas dari beberapa kritikan akan kebenaran unsur sejarah dalam buku ini), buku ini sangat menarik untuk diikuti.
Sebagai novel grafis untuk bacaan anak-anak, buku ini sudah memadai. Tapi bagi pembaca di kalangan dewasa, rasanya buku ini masih kurang. Dari segi illustrasinya, saya berani angkat jempol. Meski tak ada penggambaran yang khas, tapi sudah sangat layak untuk disebut sebagai novel grafis, apalagi dari daftar illustratornya diketahui ada 3 orang. Tapi jalan ceritanya, terlihat terpotong-potong atau antar panel gambarnya serasa ada yang hilang. Ceritanya sendiri terlalu sederhana menurut saya dan sayangnya meski menggunakan judul eendaagsche exprestreinen (kereta ekspres siang), unsur keretanya kurang banyak diceritakan (kecewa sebagai fans kereta, hihihi).
Penggabungan 3 anak yang berasal dari suku berbeda, merupakan sebuah contoh cerita yang baik akan multikulturalisme, dan sebagaimana kisah anak-anak diceritakan bahwa yang baiklah yang akan menang. Dan sebagai novel grafis semata, mungkin buku ini hanya numpang sekali baca saja. Tetapi sebagai konsep buku yang berusaha mengangkat citarasa komik Indonesia dan nilai sejarah yang diangkat (terlepas dari beberapa kritikan akan kebenaran unsur sejarah dalam buku ini), buku ini sangat menarik untuk diikuti.
Saya tadi mikir ini buku terjemahan malah Mas Tez :p
BalasHapusCovernya bagus, mudah-mudahan banyak anak-anak yang membacanya karena tema multikultur selalu menarik apalagi ada misteri yang harus dipecahkan :)
hahaha, iya..... moga2 anak-anak banyak yang tertarik juga akan pelajaran moralnya didapat
HapusKereta hore? Ini dapat di mana kang kok saya baru tahu ada buku ini?
BalasHapuspinjem dari kakak yang baik hati dan banyak koleksinya kang: kak cindy, hi3
HapusRasanya pernah lihat di obralan, dulu banget.cerita petualangan ya.
BalasHapusiya kak, petualngan di spoor :)
Hapusjudulnya, artinya apa?
BalasHapuskereta ekspress siang kak :)
Hapuspenasaran sama gambar2nya pak bondan winarno :D
BalasHapuskeren kok kak, ayo berburu buku ini #ditendang
Hapushuaa judulnya belanda banget, kirain terjemahan :D kayanya menarik ya, meski mungkin lebih cocok buat anak2 :)
BalasHapushahaha, iya kak, pertama aku pikir terjemahan, ternyata bukan
Hapusbaru tau deh ada novis ini. gambar sampulnya cantik banget ya... tadi kirain terjemahan belanda, ternyata bukan ya. sampulnya bikin teringat sama lukisan di pameran-pameran lukisan itu hehe...
BalasHapus