Kamis, 14 November 2013

Gadis Kretek

Judul: Gadis Kretek
Penulis: Ratih Kumala
Editor: Mirna Yulistianti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Maret 2012
Jumlah Halaman:  274
ISBN: 9789792281415
 
Nama Jeng Yah, tiba-tiba menjadi sebuah awal kekicruhan pada keluarga pemilik kretek Djagad Raja. Karena pak Raja sang pemilik usaha kretek tersebut, dalam sekaratnya menyebut nama Jeng Yah berkali-kali. Berbekal nama tersebut, yang belum pernah disebutkan, tiga orang anak Pak Raja, Tegar, Karim dan Lebas mencari sosoknya. Mereka harus berkejaran dengan waktu, untuk menemukan Jeng Yah, nama yang membuat Purwati, ibu mereka menjadi cemburu. 

Misteri siapakah sosok Jeng Yah membuat ketiga bersaudara tersebut harus mengaruhi perjalanan sampai ke pelosok kota Kudus dan kota M., dan menyibak misteri sejarah ayahnya yang mereka sendiri belum mengetahuinya. Dan segera pembaca digiring pada kisah kehidupan Idroes Muria dan persaingannya ketika membangun kerajaan bisnis kretek menghadapi Soedjagad. Dimana persaingan awal terjadi ketika mereka mencintai wanita yang sama, Roemaisa. Namun pertarungan awal ini dimenangkan oleh Idroes Muria, dan selanjutnya, persaingan di antara mereka meletup keras.

Novel ini sangat menarik. Covernya yang provokatif, seorang gadis tampak menghisap selinting kretek, yang ternyata mewujudkan sosok gadis kretek, atau Jeng Yah yang menjadi tokoh misteri dalam novel ini. Penggambaran bagaimana usaha membentuk perusahaan yang bergerak memproduksi kretek dalam novel ini cukup kuat deskripsinya digambarkan. Tak hanya satu sisi saja yang digambarkan tentang bagaimana cara membuat kretek semata tetapi bagaimana usaha menciptakan formula kretek yang menggungguli pesaingnya serta semangat untuk membesarkan usaha tersebut. Semua latar belakang tersebut menurut saya, sudah diangkat dengan baik oleh Ratih Kumala. 

Dan tak lupa, Ratih Kumala berhasil mencipatakan formula jalinan cerita yang runtut, lancar, dan menarik. Kita tak hanya mendapatkan sisi dari usaha kretek tersebut, tapi novel ini juga mengupas latar kebudayaan dan sejarah Jawa pada masa-masa pra kemerdekaan sampai pada era 1960-an dengan sangat manis. Konflik yang diceritakan pun tak terlalu rumit namun masih bisa menarik saya untuk membaca lembar demi lembar tulisannya. 
 
Gadis Kretek yang Ratih tulis sebagai kisah-kisah cinta yang dibalut kretek sebagai budaya lokal Indonesia, patut diacungi jempol. Pengakuannya bahwa apa yang dia tulis bukan merupakan promosi untuk merokok menunjukkan bahwa yang apa dia tulis sejatinya hanyalah sebuah kisah fiksi yang akan bergulir dalam sejarah dunia sastra Indonesia. Namun layak diacungi jempol.
Tidak ada merk rokok yang benar di novel saya, kecuali Kretek Djagad yang dulu didirikan kakek saya tapi sudah tutup. Yang pasti saya tidak kampanye rokok, dan saya tidak iklan rokok (Ratih Kumala, source http://twitteriak.com/?p=494 )

1 komentar:

  1. Huhuhu sudah lama naksir buku ini tapi pas mau beli sudah menghilang dari toko buku >.<

    BalasHapus